Di dunia maya ini setiap orang harus bekerja keras sekali untuk memelihara dirinya. Dalam Bhagavad-gita 3.8. dinyatakan: sarira yatrapi ca te prasiddhet akarmanah, “orang tidak dapat memelihara badannya sendiri tanpa bekerja.” Didalam Bhagavad-gita Sri Krisna tidak pernah menasehati Arjuna supaya berpangku tangan saja. “Aku kawanmu dan aku akan melakukan segala sesuatu. Engkau duduk saja dan mengisap ganja”. Tidak, Krisna tidak menasehati Arjuna seperti itu. Krisna melakukan segala sesuatu, tetapi Krisna masih memberitahukan kepada Arjuna, agar Arjuna bekerja, “engkau harus bertempur” ujar Krisna. Sebaliknya, Arjuna juga tidak berkata agar Krisna yang melakukan semuanya, “Anda kawanku yang mulia, lebih baik Anda saja yang bertempur dan biarkan saja saya duduk dan mengisap gansa”. Tidak, itu bukan kesadaran rohani. Orang yang sadar kepada Tuhan Ynag Maha Esa, tidak berkata, “Tuhan tolong Anda lakukan segala sesuatu untuk saya, dan biarkan saya duduk dan mengisap ganja”, melainkan orang yang sadar akan Tuhan harus bekerja untuk Tuhan. Walaupun seseorang tidak bekerja demi Tuhan, ia tetap harus bekerja, sebab seseorang tidak dapat memelihara badannya tanpa bekerja. Karena itu, bekerja adalah sebuah keniscayaan.
Walaupun singha adalah raja binatang, ia harus mencari mangsa sendiri di rimba rimba. Dikatakan: na hy suptasya simhasya pravisanti mukhe mŗgāh. Singha tidak dapat berpikir, “oleh karena aku raja hutan biarlah aku tidur, dan semua binatang akan datang dan masuk kedalam mulutku”. Itu tidak mungkin. “Tidak tuan. Walaupun Anda Singa, anda harus pergi sendiri mencari makanan”. Jadi, walaupun singa perkasa sekali, dia harus berusaha dengan kesulitan yang besar untuk menemukan binatang yang lain untuk menjadi mangsanya, begitu pula semua orang di dunia maya ini, harus bekerja dengan menghadapi begiru banyak kesulitan untuk melanjutkan kehidupan.
Mengatasi Kesulitan Material.
Jalan kesulitan material ditunjukan dengan kata Pavarga. Menurut Ilmu Linguistik Bahasa Sansekerta, kata pa-varga juga menunjukan hurup-hurup Sansekerta pa, pha, ba, bha, ma. Jadi apabila kata Pavarga digunakan untuk menunjukan jalan kesulitan material, maka artinya di pahami melalui kata-kata yang mulai dengan lima hurup tersebut.
Pa menunjukan Parisrama, pekerjaan dan Pha berarti Phenila, yang berarti “busa”. Kalau kuda bekerja dengan keras sekali busa keluar dari mulutnya. Begitu pula manusia harus bekerja keras dengan cara serupa. Pekerjaan keras seperti disebut Vyartha, yang berarti sia-sia. Inilah yang ditunjukkan dengan hurup ba, dan bha berarti bhaya. Walaupun seseorang bekerja dengan keras sekali dia selalu agak khawatir bahwa mungkin hal-hal tidak akan dilakukan sesuai dengan keinginannya sifat makan menyangkut kegiatan makan, tidur, berketurunan dan merasa takut (ahara-nidra bhaya-maithuna ca). Waalaupun barang kali seseorang makan dengan baik sekali, ia harus mempertimbangkan apakah ia makan terlampau banyak, supaya dia tidak jatuh sakit. Jadi kegiatan makan juga menyangkut rasa takkut. Sambil makan burung melihat kesana-kesini, dan dia takut bahwa mungkin musuh akan datang. Bagi semmua mkhluk hidup, akhirnya segala sesuatu berakhir dalam kematian, mrtyu, dan inilah yang ditunjukan dengan hurup ma.
Jadi kata Pavarga dan hurup-hurup yang merupakan unsur-unsur kata itu, yaitu pa, pha, ba, bha, ma menunjukkan pekerjaan yang keras (parisrama), busa dimulut (phenila), frustasi (vyartha), rasa takut (bhaya) dan kematian (mrtyu). Ini disebut Pavarga atau jalan kesulitan material. Akan tetapi Apavarga menunjukkan justru kebalikan dari kesulitan material., yaitu jalan menuju dunia pembebasan yang kekal dan penuh kebahagiaan.
Dalam Bhagavata Purana 1.8.43. Tuhan dinyatakan dengan istilah “Apavarga Virya” amanat kerohanian artinya, Tuhan menunjukan jalan menuju dunia pembebasan yang kekal dan penuh kebahagiaan. Pengabdian suci yang berpusat pada Tuhan dalam Mahabarata diuraikan dengan kalimat padat dan mengandung kata yang dalam: “Bekerja didalam tidak bekerja dan tidak bekerja didalam bekerja”. Karena itu, bekerja yang dipusatkan demi pengabdian kepada Tuhan penuh suka cita (susukham), bebas dari “busa”, tidak ada frustasi, tanpa rasa khawatir (takut) dan bhkan melampu pengertiaan-pengertian material.
Disini kebutuhan bekerja harus dilakukan demi kepuasan Yajna Purusa, sehingga pekerjaan itu akan melampau hal-hal duniawi dan terhindar dari vikarma yaitu pekerjaan yang tidak dibenarkan atau pekerjaan yang berdosa. Bekerja demi Kepuasan Yajna Purusa/Tuhan Yang Maha Esa mengantarkan seseorang pada keabadian, sebagaimana “rumus sakti” Mundaka Upanisad menyatakan : karmasu oamrtam, “dan didalam pekerjaan ada keabadian”.
Sebagaimana pekerjaan menimbulkan kesulitan material bagi setiap orang, maka hendaknya pekerjaan itu juga dijadikan sarana untuk mengatasi kesulitan material yang muncul. Inilah maknanya mengapa kebutuhan bekerja hendaknya dilakukan demi kepuasan Yajna Purusa. Kalau tidak demikian pekerjaan itu akan mengikat kita dalam reaksi karma. Semoga Bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar