Hari ini Rabu (2/12/2015) merupakan hari raya Pagerwesi. Hari Raya Pagerwesi dirayakan oleh umat Hindu di Indonesia 5 hari setelah merayakan Hari Raya Saraswati atau hari turunnya ilmu pengetahuan suci Veda. Bagi umat Hindu, setiap Buda Kliwon Sinta pasti rerahinan Pagerwesi. Kita dapat membayangkan daerah-daerah yang mayoritas penduduknya umat Hindu pasti sudah tampak sibuk mempersiapkan sarana upakara untuk merayakan Pagerwesi. Umat, terutama ibu-ibu sudah tampak menghaturkan sesajen atau banten di merajan atau sanggah masing-masing di pagi hari. Sesaji-sesaji tersebut telah dibuat sehari sebelumnya secara bergotong-royong atau Umat Hindu Bali menyebutnya " Ngayah".
Biasanya di Pura tempat suci umat Hindu, umat melakukan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh Pemangku. Hal itu terlihat di salah satu Pura Eka Dharma, Jati sari-Tegal Asri, Blitar.
walaupun masyarakatnya sangat sederhana namun keyakinannya semakin mantap, dengan berpakaian sederhana namun bersih para umat bersembahyang bersama dengan khusuk. Sembahyang dipimpin oleh Pemangku. Pemangku menguncarkan mantra-mantra Veda sebelum pelaksanaan sembahyang bersama, diiringi Kidung-kidung suci.
Para pembaca, Apa sesungguhnya hakekat dan makna perayaan Pagerwesi? kalau dilihat dari kata Pagerwesi tersusun dari dua kata yaitu Pager atau Pagar dan Wesi atau Besi. Pemaknaan secara harfiah adalah pemagaran diri atau membentengi diri agar kuat bagaikan besi. Dalam salah satu kitab suci disebutkan bahwa Pagerwesi sebagai hari payogan Sang Hyang Pramesti Guru, Jiwa Utama Brahman sebagai Guru Tertinggi atau gurunya segala guru. Pagerwesi
Tentang nama Brahman yang diberikan sebagai Sang Hyang Pramesti Guru, saya mempunyai pengertian: “Sang” adalah sebutan kehormatan, “Hyang” berarti yang maha, “Pramesti” terdiri dari kata “Parama” yang berarti agung, luhur, tertinggi dan “Isti” berarti permohonan, “Guru” dalam hal ini adalah Guru Swadhyaya yaitu Brahman. Jadi, Sang Hyang Pramesti Guru adalah Jiwa Utama Brahman sebagai Sang Maha Pengabul pada semua permohonan yang luhur.
Perayaan Pagerwesi masih satu rangkaian dengan perayaan Saraswati. Dalam perayaan Saraswati, kita memuja Shakti Brahman sebagai sumber dari segala sumber pengetahuan, dan sumber kebijaksanaan. Setinggi-tingginya ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang, itu tidak akan berarti apa-apa untuk kesempurnaan jiwanya, jika hal itu tidak menuntunnya untuk memuja Brahman yang merupakan pengetahuan murni dirinya.
Abdikanlah ilmu pengetahuan yang telah dianugerahkan kepada kita untuk mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan bagi alam semesta sesuai dengan varna yang telah ditentukan pada diri kita masing-masing. Komitmen tersebut mesti mampu menjadi pagar atau benteng (“pura” sejati dalam diri) yang kokoh untuk melindungi diri kita dari segala macam godaan selama mengarungi samudera kehidupan. Dengan membekali diri dengan ilmu pengetahuan, umat diharapkan memiliki wawasan yang luas, sekaligus mampu menghadapi berbagai persoalan hidup.
Rangkaian Hari Raya Saraswati sampai Hari Raya Pagerwesi antara lain :
- Setelah Saraswati dilaksanakan Banyupinaruh, di mana pada hari itu umat Hindu melakukan pensucian diri. Pada saat ini dipanjatkan permohonan semoga ilmu pengetahuan yang sudah dianugerahkan oleh Sanghyang Widhi dapat digunakan untuk tujuan-tujuan mulia bagi kesejahteraan umat manusia di dunia dan terjalinnya keharmonisan Trihita Karana, yaitu hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam semesta.
- Kemudian esoknya, hari Senin disebut hari Somaribek, yang dimaknai sebagai hari di mana Sanghyang Widhi melimpahkan anugerah berupa kesuburan tanah dan hasil panen yang cukup untuk menunjang kehidupan manusia.
- Selanjutnya, hari Selasa, disebut Sabuh Mas, yang juga tidak lepas kaitannya dengan Saraswati, di mana umat manusia akan menerima pahala dan rezeki berupa pemenuhan kebutuhan hidup lainnya, bila mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi di jalan dharma. Pada hari itu umat Hindu di Bali memuja Sanghyang Widhi dalam manifestasi sebagai Mahadewa.
- Hari raya Pagerwesi di hari Rabu, yang dapat diartikan sebagai suatu pegangan hidup yang kuat bagaikan suatu pagar dari besi yang menjaga agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang sudah digunakan dalam fungsi kesucian, dapat dipelihara, dan dijaga agar selalu menjadi pedoman bagi kehidupan umat manusia selamanya.
Om dirghayuastu tad astu astu,
Om awighnamastu tad astu astu,
Om subhamastu tad astu astu,
Om sriyam bhawantu, sukham bhawantu, purnam bhawantu.
Om a no badrah kratawo yantu wiswatah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar