Kematian dan setelah Kematian dalam agama Hindu. Kegelapan (awidya) akan dialami oleh mereka yang kebodohan dan Widya (Pencerahan) bagi orang-orang memiliki pengetahuan.
Hindu percaya pada kelahiran kembali dan reinkarnasi dari jiwa (atman). Jiwa yang abadi dan langgeng. Jiwa seseorang selama hidupnya akan mengalami suka dan duka serta dipengaruhi oleh hukum karma. Oleh karena itu kematian bukanlah bencana besar, bukan akhir dari semua, tapi sebuah proses alami dari sang Jiwa (atman) yang kemudian kembali lagi ke bumi untuk melanjutkan perjalanannya.
Dalam agama Hindu, Jiwa(atman) adalah kekal tidak mengalami kematian, dia abadi. Kematian hanya dialami oleh badan fisik ini. Kematian adalah penghentian sementara aktivitas fisik dan merupakan sarana bagi sang atman untuk meningkatkan tingkatannya lalu kemudian lahir kembali dalam badan yang lain. Seperti halnya ketika kita berganti baju dari baju yang sudah usang menuju baju yang baru.
Kelahiran di dunia ini merupakan tempat bagi sang jiwa (atma) untuk melakukan instrospeksi diri. Oleh karena itu jiwa harus lahir lagi dan lagi sampai mengatasi Maya, mencapai keadaan keseimbangan dan menyadari asal usulnya. Ketika seseorang meninggal, jiwanya bersama dengan sisa-sisa karma (karma wasana) meninggalkan tubuh melalui sebuah lubang di kepala dan pergi ke dunia lain dan kembali lagi setelah menghabiskan beberapa waktu di sana. Apa yang terjadi setelah jiwa meninggalkan tubuh dan sebelum reinkarnasi lagi adalah misteri besar.
Dalam agama Hindu, Jiwa(atman) adalah kekal tidak mengalami kematian, dia abadi. Kematian hanya dialami oleh badan fisik ini. Kematian adalah penghentian sementara aktivitas fisik dan merupakan sarana bagi sang atman untuk meningkatkan tingkatannya lalu kemudian lahir kembali dalam badan yang lain. Seperti halnya ketika kita berganti baju dari baju yang sudah usang menuju baju yang baru.
Kelahiran di dunia ini merupakan tempat bagi sang jiwa (atma) untuk melakukan instrospeksi diri. Oleh karena itu jiwa harus lahir lagi dan lagi sampai mengatasi Maya, mencapai keadaan keseimbangan dan menyadari asal usulnya. Ketika seseorang meninggal, jiwanya bersama dengan sisa-sisa karma (karma wasana) meninggalkan tubuh melalui sebuah lubang di kepala dan pergi ke dunia lain dan kembali lagi setelah menghabiskan beberapa waktu di sana. Apa yang terjadi setelah jiwa meninggalkan tubuh dan sebelum reinkarnasi lagi adalah misteri besar.
Jalan Uttarayana dan Daksinayana
Bhagavad-Gita menjelaskan dua jalur perjalanan jiwa setelah kematian. Salah satunya adalah jalur Uttarayana, juga dikenal sebagai jalan terang atau jalan dewa.
anir jyotir ahah suklah
sanmasa uttarayanam
tatra prayata gachchhanti
brahma brahmavido janah
Api, ahaya, siang hari, purnama dan enam musim matahari berada di Uttara (Uttarayana)
Jika saat itu ajal tiba orang yang mengatahui Brahman pergi menuju pada Brahman. (Bg.8.24)
Dia yang meninggal ketika Uttarayana dan mengetahui keberadaan Brahman maka dia tidak akan lahir kembali. Dan jalan yang lainnya adalah jalan Daksinayana, juga dikenal sebagai jalan gelap dan jalur pitra.
dhumo ratris tatha krishnah
sanmasa dakshinayanam
tatra chandramasam jyotir
yogi prapya ni nivartate
Asap Malam hari, bulan mati dan enam musim matahari ada di selatan (Daksinayana)
Jika saat itu ajal memanggil Sang Yogi yang mencapai cahaya Bulan akan dilahirkan kembali (Bg. 8.25)
Bagaimana cara mencapai jalan Uttarayana ? Krishna memberikan petunjuk dalam ayat-ayat berikut:
anir jyotir ahah suklah
sanmasa uttarayanam
tatra prayata gachchhanti
brahma brahmavido janah
Api, ahaya, siang hari, purnama dan enam musim matahari berada di Uttara (Uttarayana)
Jika saat itu ajal tiba orang yang mengatahui Brahman pergi menuju pada Brahman. (Bg.8.24)
Dia yang meninggal ketika Uttarayana dan mengetahui keberadaan Brahman maka dia tidak akan lahir kembali. Dan jalan yang lainnya adalah jalan Daksinayana, juga dikenal sebagai jalan gelap dan jalur pitra.
dhumo ratris tatha krishnah
sanmasa dakshinayanam
tatra chandramasam jyotir
yogi prapya ni nivartate
Asap Malam hari, bulan mati dan enam musim matahari ada di selatan (Daksinayana)
Jika saat itu ajal memanggil Sang Yogi yang mencapai cahaya Bulan akan dilahirkan kembali (Bg. 8.25)
Bagaimana cara mencapai jalan Uttarayana ? Krishna memberikan petunjuk dalam ayat-ayat berikut:
"Mengontrol semua indria dalam tubuh, dengan pikiran yang fokus, memperbaiki prana dalam diri di bagian atas kepala, membangun diri dalam Yoga, mengucapkan AUM , yang merupakan Brahman, dan meningatku saat ajal memanggil maka ia mencapai tujuan tertinggi. (8,12-13)
Bunuh diri menurut agama Hindu
Ada suatu masa ketika bunuh diri menjadi trand dalam tradisi pertapa India kuno. Melalui bakar diri, pertapa akan membuang tubuh lemahnya dalam mencari pembebasan. Tubuh dianggap sebagai hasil karma dan dengan cara membakar diri mereka percaya sebagai pemurnian diri dan menyelesaikan karma masa lalu.
Selain itu para pertapa juga melakukan puasa dan brata hingga meninggal dunia sebagai salah satu cara menyempurnakan hidupnya. Kaisar pertama India, Chandragupta Maurya, yang mengikuti aliran Jainisme di terakhir hidupnya melakukan perjalanan ke selatan dan berpuasa selama empat puluh hari di sebuah gua dekat Sravanabelagola untuk mengakhiri hidupnya. Ada kemungkinan bahwa kaisar mengikuti tradisi Hindu melakukan Brata (Sanyasa asrama) di fase terakhir hidupnya, yang merupakan praktik umum di kalangan keluarga prajurit kuno dan membuang-buang jauh tubuhnya untuk mencapai pembebasan. Prajurit India tidak takut kematian. Bagi mereka pergi ke medan perang berarti kematian. Dan mereka berjuang dengan gagah berani dengan tujuan utama mati saat berperang dan pergi ke vira-svargam.
Selain itu para pertapa juga melakukan puasa dan brata hingga meninggal dunia sebagai salah satu cara menyempurnakan hidupnya. Kaisar pertama India, Chandragupta Maurya, yang mengikuti aliran Jainisme di terakhir hidupnya melakukan perjalanan ke selatan dan berpuasa selama empat puluh hari di sebuah gua dekat Sravanabelagola untuk mengakhiri hidupnya. Ada kemungkinan bahwa kaisar mengikuti tradisi Hindu melakukan Brata (Sanyasa asrama) di fase terakhir hidupnya, yang merupakan praktik umum di kalangan keluarga prajurit kuno dan membuang-buang jauh tubuhnya untuk mencapai pembebasan. Prajurit India tidak takut kematian. Bagi mereka pergi ke medan perang berarti kematian. Dan mereka berjuang dengan gagah berani dengan tujuan utama mati saat berperang dan pergi ke vira-svargam.
Namun menurut Kitab Suci Hindu, kita tidak diijinkan melakukan pembunuhan apapun dan bunuh diri. Dalam kitab suci dijelaskan bahwa bunuh diri memberikan konsekwensi bagi karma kita. Jiwa orang-orang yang melakukan bunuh diri berakhir di wilayah nether disebut Punnama, di mana usaha-usaha penebusan hampir tidak mungkin untuk waktu yang sangat lama.
Banyak dari masyarakat di berbagai negara melakukan bunuh diri karena tidak mampu menghadapi tekanan sosial dan ekonomi. Beberapa orang melakukan bunuh diri karena alasan sederhana seperti kegagalan dalam tes akademik, atau kematian seorang bintang film atau politikus. Hal ini sangat disanyangkan dan harus ditanggulangi.
Banyak dari masyarakat di berbagai negara melakukan bunuh diri karena tidak mampu menghadapi tekanan sosial dan ekonomi. Beberapa orang melakukan bunuh diri karena alasan sederhana seperti kegagalan dalam tes akademik, atau kematian seorang bintang film atau politikus. Hal ini sangat disanyangkan dan harus ditanggulangi.
Nasib Individu Setelah Kematian
Apa yang terjadi pada jiwa setelah kematian, tergantung pada banyak faktor beberapa di antaranya tercantum di bawah ini:
- perbuatan sebelumnya. Jika seseorang telah melakukan banyak perbuatan buruk dalam hidupnya, ia akan dilahirkan ke alam yang lebih rendah dan mendapatkan penderitaan sebagai konsekuensi dari tindakannya yang jahat. Sebaliknya jika ia berbuat baik, ia akan pergi ke alam yang lebih tinggi dan menikmati kebahagiaan.
- Kondisi pikiran pada saat kematian, pada saat pikiran dan keinginan-keinginan yang dominan dalam kesadaran pada saat kematiannya, mengarahkan kemana jiva akan menuju dan bentuk apa pada kelahiran selanjutnya. Misalnya jika seseorang memikirkan keluarga dan anak-anaknya pada saat kematiannya, sangat mungkin ia akan pergi dunia leluhur dan akan dilahirkan kembali dalam sebuah keluarga. Jika seseorang berpikir masalah uang pada saat kematiannya, sangat mungkin ia akan melakukan perjalanan ke Wisnu Loka dan akan lahir sebagai pedagang atau pedagang dalam kelahiran berikutnya. Jika seseorang berpikir kejahatan dan negatif ia akan pergi ke dunia yang lebih rendah dan menderita dalam kejahatan. Jika dia memikirkan Tuhan pada saat kematiannya, ia akan pergi ke dunia tertinggi.
- Saat kematiannya. Waktu dan keadaan yang terkait dengan kematian juga penting. Misalnya diyakini bahwa jika seseorang meninggal di medan pertempuran ia akan mencapai vira-svargam. Jika seseorang meninggal pada hari raya atau hari baik, sementara melakukan beberapa puja atau bhajan di rumah, ia akan masuk surga terlepas dari karma sebelumnya.
- Kegiatan anak-anaknya, yaitu apakah mereka melakukan upacara pemakaman dengan cara yang ditentukan dan memenuhi perintah kitab suci. Ada keyakinan bahwa jika upacara pemakaman tidak dilakukan sesuai dengan tradisi atau aturan kitab suci, itu akan menunda perjalanan jiwa ke dunia masing-masing.
- kasih karunia Tuhan. Tuhan menentukan dan mengubah setiap kehidupan kita. Misalnya seseorang terselamatkan dari bahaya, semua itu karena karunia Tuhan.
Keyakinan Surga dan Neraka
Umat Hindu percaya pada keberadaan dua dunia yang terpisah dari kita, dunia nenek moyang dan dewa-dewa. Mereka disebut tiga dunia; bhur (bumi), Bhuva dan svah. Dunia yang menduduki lebih rendah, menengah dan daerah yang lebih tinggi dari alam semesta.
Dalam Rgveda tidak disebutkan kelahiran kembali atau reinkarnasi. Setelah jiwa-jiwa lepas dari raga kita, mereka bisa tinggal di alam leluhur atau dewa-dewa untuk selamanya. Tradisi Veda menganjurkan bahwa kita harus melakukan persembahan kepada leluhur untuk mendukung keyakinan kita bahwa nenek moyang kita akan bahagia tinggal di alam leluhur atau naik ke dunia surgawa melalui pengorbanan keturunannya sehingga tidak kembali ke bumi lagi (tidak mengalami reinkarnasi).
Dalam Rgveda tidak disebutkan kelahiran kembali atau reinkarnasi. Setelah jiwa-jiwa lepas dari raga kita, mereka bisa tinggal di alam leluhur atau dewa-dewa untuk selamanya. Tradisi Veda menganjurkan bahwa kita harus melakukan persembahan kepada leluhur untuk mendukung keyakinan kita bahwa nenek moyang kita akan bahagia tinggal di alam leluhur atau naik ke dunia surgawa melalui pengorbanan keturunannya sehingga tidak kembali ke bumi lagi (tidak mengalami reinkarnasi).
Sesuai dengan perkembangan tradisi baru ke dalam agama Veda, kosmologi Hindu tumbuh dalam kompleksitas dan begitu pula penjelasan ke-tuhanan tentang akhirat dan kelahiran kembali. Purana dan Veda memjelaskan tentang keberadaan neraka dan surga yang tidak hanya satu tapi banyak. Selain ini, masing-masing dari Dewa Tri Murti memiliki alamnya sendiri, yang akan dicapai oleh pengikut mereka setelah kematian. Vaikunth adalah alam Wisnu, Kailash adalah alam Siva dan Brahmaloka adalah alam Brahma. Indraloka, Surga (svar) sebagai tempat peristirahatan sementara bagi jiwa-jiwa murni. Pitraloka adalah dunia sementara para leluhur. Yamaloka adalah neraka tempat dewa Yama.
Tujuan dari Surga dan neraka
Dalam arti utama, tujuan setelah hidup bukanlah untuk menghukum atau membalas jiwa, tetapi untuk mengingatkan mereka tentang tujuan sebenarnya dari kelahiran mereka. Perbedaan antara surga dan neraka adalah tidak penting karena keduanya merupakan bagian dari ilusi yang menjadi ciri khas seluruh ciptaan, seperti perbedaan antara mimpi baik dan mimpi buruk. Bukan hal yang penting bagi jiwa apakah telah pergi ke surga atau ke neraka, karena jiwa adalah abadi, murni dan tidak terpengaruh oleh rasa sakit dan penderitaan.
Sebuah jiva yang pergi ke surga, akan menikmati kesenangan dari surga dan pada akhirnya menyadari bahwa mencari kesenangan surgawi bukanlah tujuan akhir karena sebenarnya kesenangan itu tidak bertahan lama. Jiwa yang jatuh ke dalam dunia gelap(neraka) mendapat rasa kengerian sehingga sang jiwa menyadari bahwa ketika kita melakukan kejahatan maka penderiataan yang kita dapatkan. Jadi dalam kedua kasus itu, tujuan langit dan neraka adalah untuk menanamkan sikap kebijaksanaan pada jiwa-jiwa.
Ritual pemakaman, Sakramen terakhir
Dalam Hindu pemakaman adalah sakramen kelahiran kembali seorang individu. Setelah kematian, umat Hindu tidak dikubur, tetapi dikremasi menurut prosedur yang ditetapkan sebagaimana tercantum dalam kitab suci. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa jiva yang terdiri dari lima unsur dari Prakriti (alam) yang perlu dikembalikan ke sumber mereka setelah kematian. Dari api, tanah, air dan udara dalam tubuh kembali ke bumi tempat asalnya, sedangkan unsur kelima eter unsur bersama dengan jiwa kembali ke alam yang lebih tinggi. Kremasi bukan satu-satunya metode untuk mengembalikan unsur dalam tubuh. Anak-anak di bawah umur akan dimakamkan setelah kematian.
Demikian para umat se-dharma, sedikit ulasan tentang Kematian dalam Agama Hindu. Semoga bermanfaat. Dikarenakan artikel ini merupakan hasil dari terjemahan maka kami mohon maaf jika ada kekeliruan atau ketidak pasan dalam kalimat.
terima kasih atas pencerahannya, cuman hati saya belum bisa plong sekali bahwa bagaimanakah yang sesungguhnya hakeket hidup itu, yaitu hubungan kehidupan dibumi dengan kehidupan dialam nis dan apa yang terjadi kalau kehidupan kita dibumi seperti ......nantinya setelah kita mati..dan seberapa lamakah kita menjalani hidup dialam nis sebelum kita reinkarnasi kembali...sungguh sebenarnya masih banyak sekali unek unek dahti saya yang sangat haus akan pencerahan dan yang ingin mendapat jawaban yang pasti dari yang sudah menjalani spiritual tinggi yang sudah sampai mengenal dunia nyata dan dunia maya yang dapat dipertanggung jawabkan....suksmee..
BalasHapusTerimakasih atas Pencerahan nya.. Izin saya share
BalasHapusPencerahan seperti ini yg memang saya dan manusia butuhkan, bukan pencerahan tentang berbagai siksaan yg akan kita dapatkan setelah kematian, itu justru membuat manusia takut. Saya sangat mengagumi konsep yg diajarkan dalam agama Hindhu, penuh kasih sayang dan kedamaian, bukan mengajarkan tentang penindasan dan kekerasan.
BalasHapusOm Swastiastu om
BalasHapusHI.Maaf, saya masih tidak memahami tentang hari kiamat menurut hindu itu.Adakah roh itu akan kekal di syurga ataupun akan mengalami reinkarnasi kembali? jika roh itu dalam golongan yang baik,adakah mereka bisa kembali di dunia baru atau terus tinggal di syurga itu? dan jika syurga dan neraka itu tidak kekal,mereka yang tinggal di sisi brahmin harus turun juga ke dunua baru atau bisa tinggal sama sang brahmin aja? terlalu banyak persoalan.maaf ya
BalasHapusdan lagi,menurut kamu,apa di dunia baru masih ada yang jahat?(yeng ingin menuntut karma) kerana mereka ingin menuntut karma,meeka akan membalas kembali di dunia baru.Itu membuatkan mereka menjadi jahat.Makanya,tiada beda sama dunia lama dan dunia baru ya? maksudnya kehidupan kita ini tiada maknanya?
dan lagi,sewaktu tuhan itu tidur,maka berlaku kehancuran dunia bukan? apa akan terjadi sama manusia dan hewan yang masih tinggal di bumi itu? mereka akan merasakan kiamat juga?
sewaktu tuhan sedang "membuat bumi baru,apa yang dilakukan para ruh itu di sana?apa mereka cuma bersenang lenang menunggu hari kelahiran baru?
Terimakasih sudah bertanya dengan baik..
HapusPengetahuan kita sebagai manusia biasa masih terbatas dan sesungguhnya kita tidaklah benar-benar tahu.. ulasan diatas hanya baru secuil dari seluruh penjelasan kitab hindu yg ada..
Pertama,kami tidak paham apa yg anda maksud brahmin? .. barangkali maksud anda brahman.. Brahman dalam bahasa sansekerta berarti Tuhan yang mewujud.. dalam hindu ada konsep nirguna brahman (tuhan yg tiada,tak berwujud), saguna brahman dan brahman.
Dalam hindu sebagaimana penciptaan terjadi terus menerus dan berlanjut sampai sekarang.. begitu juga pemeliharaan maupun peleburan.. begitu pula kiamat.. Alam semesta masih mengembang dan penciptaan terus berlangsung.. anda bisa mengetahui ada miliaran galaksi di semesta.. dan setiap galaksi berisi milliaran planet.. Bumi hanyalah bagaikan debu di alam semesta.. kiamat dan kematian ada setiap saat begitu juga penciptaan dan pemeliharaan... terlalu dini untuk menterjemahkan kiamat dengan pemahaman sempit dan mengarah pada satu kitab saja.
Apa yg anda maksud Tuhan tidur? "Tuhan Tidur" artinya sudah tidak ada lagi penciptaan dan peleburan.. semesta gelap gulita dan tiada..
Tuhan tidak membuat bumi baru.. semua adalah proses mengikuti hukum alam.
Roh adalah sang hidup dan konsep surga neraka itu adalah antara ada dan tiada dan tidak kekal..itu bisa menjadi nyata ataupun ilusi ciptaan pikiran.. tujuan umat hindu bukanlah surga tetapi pembebasan jiwa dari proses kelahiran dan kematian.. moksa..keabadian. sat cit ananda
Karma adalah perbuatan.. dan setiap perbuatan memiliki konsekwensinya..baik dan buruk itu ada di level pikiran.. pada level jiwa itu baik buruk itu tidak ada..karena itu hanya difinisi pikiran
Semua kehidupan itu berproses sampai mengalami peningkatan kesadaran.. tidak hanya manusia, hewan dan tumbuh tumbuhan.. bahkan apa yg anda sebut benda matipun sedang berproses..
Apa yg anda sebut dunia baru? Itu adalah ciptaan pikiran sendiri sesuai karmanya.
Orang yg meninggal jika masih terikat karma maka ia akan lahir kembali atau reinkarmasi ke bumi atau alam alam lain sesuai karma perbuatannya..
Jika terbebas dari ikatan karma maka ia mencapai pembebasan dan tidak lahir kembali di alam manapun.. ia akan menyatu dengan sumber jiwa(brahman) atau moksa.
Berbuat baik akan membawamu kedunia "baik" begitu juga sebaliknya.
Tetapi saat engkau mencapai kesadaran bahwa engkau bukanlah sang pelaku tetapi menyadari sepenuhnya bahwa Tuhanlah yg bekerja lewat kamu maka engkau tidak akan terikat karma perbuatan.. dan engkau mencapai pembebasan jiwa.
Tetapi, jika engkau terikat pada tubuh dan menganggap diri pelaku maka sudah pasti engkau terikat akan hasil perbuatanmu.. perbuatan baik hasilnya baik..perbuatan buruk hasilnya buruk.
Kasih adalah diri sejatimu..
Rahayu.
Sesungguhnya konsep kehidupan ilusif di alam semesta ini tidaklah terlalu rumit jika kita mau menghayatinya secara sederhana.,
BalasHapuskita sepertinya semua tahu.. bahwa yg riil dan kekal itu hanyalah tuhan., jadi semua alam ilusif mulai dari tingkat paling rendah/bawah neraka, bumi, hingga surga2 dengan semua berbagai dimensi dimensinya adalah ada masa pralinanya atau kemusnahannya., dan semua itu adalah hanya sebuah tempat sementara bagi jiwa untuk menjalani kehidupan perannya sbagaimana ditentukan sesuai pola hidupnya/ karakter mentalnya., di alam manapun jiwa lahir/berada,, jika dia banyak berbuat kebajikan/memiliki karakter mentalitas yang baik karna berpengetahuan luhur maka setelah dia meninggalkan alam tersebut tentu dia layak untuk naik tinggkat berada atau lahir di alam yang lebih baik dan sbaliknya bisa jatuh turun ke alam yang lebih buruk,, dan lama masa atau panjang pendeknya waktu tinggal di alam alam tersebut bergantung juga banyak sedikitnya baik buruk pola hidupnya., hukum alam dan logic kalo banyak baik tentunya akan mengarah naik kalo banyak buruknya tentu cenderung turun., misal posisi jiwa kita sekarang hidup di alam ilusif surga kalo banyak kebaikan disana gemar berbhakti mumuji tuhan hyang maha kuasa sangat mungkin akan bisa naik lagi ke alam2 non ilusif seperti alam alam ketuhanaan yg penuh cahaya, kalo disana hanya menikmati keindahan surga saja tanpa kebaktian lebih lanjut, setelah masa disana habis tentu jiwa akan terlahirkan kembali ke bumi ato diberbagai dimensi bumi, alam manusia ato alam jin / kola,, begutu juga stelah hidup di dimensi alam bumi kalo banyak baik dan penuh kebaktian stelah meninggal akan bisa ke surga atau melampauianya ke alam non materi ketuhanan, dan sebaliknya kalo banyak buruknya tentu akan turun ke berbagai dimensi alam bumi yg lain dan alam neraka, setelah dari neraka akan kembali lagi terlahir ke dimensi alam bumi, tetapi cenderung sulit untuk mendapat tubuh seperti manusia kebanyakan sebagai binatang,, sperti cacing ular tikus kucing dll,, kalopun dapat menjadi manusia kemungkinan akan sangat merana, buruk ato cacat dll., demikian sedikit pencerahan dihayati dari berbagai sumber kitab dan guru2 agung, semoga bermanfaat., trmkasih
Artikel diatas pembahasannya terlalu sederhana. Bahkan ada pernystaan yg kontradiktif. Awalnya dibilang Jiwa sama dengan Atman (Zat Tuhan). Kemudian dikatakan lagi bahwa setelah reinkarnasi, Jiwa (Atman) mengalami penderitaan. Apakah Atman atau percikan Tuhan dalam.tubuh manusia itu bisa menderita? Kalau jaeabannya ya, berarti Tuhan juga bisa menderita.
BalasHapusApakah tepat kalau Jiwa diartikannsebagai Atman. Hendaknya dimengerti dengan jelas apa itu jiea, apa itu Atman. Jangan dibuat rancu antara pengertian roh dari agama sebelah dengan jiwa dan Atman.
Sebelum membahas tentang kematian, mestinya diberikanndulu pemahaman tentang lapisan lapisanntubuh masnusia. Terus dari sana didefinisikan apa yg dimaksud kematian itu. Apakah setelah kematiannmasih bisa meradakan sakit? Kalau bisa, apa sebabnya? Apakah setelah kematian masih bisa berpikir? Kalau ya, apa sebabnya? Diantara sekian banyak lapisan tubuh manusia yg disebut kosa, dimana tempat bersemayamnya Atman? Masih banyak lagi hal yabg perlu dipahami dengan jelas sebelum mampu menulis artikel tentang kematian menurut hindu agar pembaca tidak mendapatkan informasi yang tidak tepat. Balum lagi kalau ada pertanyaan,"jika jiwa sudah reinkarnasi, terus siapa yang dipuja oleh umat hindu (di bali) di pelibggih Rong Telu atau pelinggih Dewa Hyang ?"
seperti penjelasan diatas, bahwa atman kekal adanya, hanya badan kasar yg mati.
BalasHapusbagaimana cara kita mengetahui dg benar bahwa atman orang tua kita kembali reinkarnasi pada seseorang. karena reinkarnasi bisa turun tdk hanya pada sentana nya saja.
dan apakah nama seseorang setelah kematian akan selalu melekat pada atman ??? karena kekekalan atman berarti atman memiliki banyak nama dalam badan kasarnya.
tumpang tanya ye, saya mahu tahu apakah hikmah disebalik kematian menurut hindu ya?
BalasHapus