Suatu hari di akhir abad 19, seorang anak miskin yang berjualan dari
rumah ke rumah untuk membiayai sekolahnya merasa sangat lapar. Ia ingin
makan, tapi uangnya hanya 1 sen.
Akhirnya ia memutuskan untuk minta makan di rumah berikutnya. Ketika sampai di sebuah rumah, seorang gadis membuka pintu dan menyambut kedatangannya. Ia menjadi gugup karena kebaikan dan kecantikannya. Niat meminta makan diurungkan, akhirnya bocah miskin ini hanya meminta segelas air.
Sang gadis memperhatikan wajah sang bocah yang lemah sebagai tanda sangat kelaparan. Ia pun lalu masuk ke dalam rumah dan kembali membawakan segelas susu besar. Bocah miskin kelaparan itu pun meminumnya perlahan-lahan hingga ia menjadi kenyang dan kuat lagi.
“Berapa harus kubayar segelas susu ini?” kata anak itu.
“Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si gadis. “Ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.”
“Bila demikian, ku ucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku.”
Bocah miskin itu pun pergi. Dalam hatinya sungguh berterima kasih atas kemurahan Tuhan lewat sang gadis, sehingga kepercayaannya kepada Tuhan dan sesama manusia bertumbuh semakin kuat. Ternyata masih ada orang-orang baik dan tulus...
Bertahun-tahun berlalu.
Seorang dokter muda mendapat undangan dari sesama rekan terkait penyakit langka seorang pasien. Ia terpilih dalam tim dokter ahli yang menangani masalah ini.
Ketika mendengar nama dan kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata sang dokter.
Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien.
Benar dugaannya. Dokter muda ini segera mengenali wanita yang sedang sakit itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya.
Akhirnya ia memutuskan untuk minta makan di rumah berikutnya. Ketika sampai di sebuah rumah, seorang gadis membuka pintu dan menyambut kedatangannya. Ia menjadi gugup karena kebaikan dan kecantikannya. Niat meminta makan diurungkan, akhirnya bocah miskin ini hanya meminta segelas air.
Sang gadis memperhatikan wajah sang bocah yang lemah sebagai tanda sangat kelaparan. Ia pun lalu masuk ke dalam rumah dan kembali membawakan segelas susu besar. Bocah miskin kelaparan itu pun meminumnya perlahan-lahan hingga ia menjadi kenyang dan kuat lagi.
“Berapa harus kubayar segelas susu ini?” kata anak itu.
“Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si gadis. “Ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.”
“Bila demikian, ku ucapkan terima kasih banyak dari lubuk hatiku.”
Bocah miskin itu pun pergi. Dalam hatinya sungguh berterima kasih atas kemurahan Tuhan lewat sang gadis, sehingga kepercayaannya kepada Tuhan dan sesama manusia bertumbuh semakin kuat. Ternyata masih ada orang-orang baik dan tulus...
Bertahun-tahun berlalu.
Seorang dokter muda mendapat undangan dari sesama rekan terkait penyakit langka seorang pasien. Ia terpilih dalam tim dokter ahli yang menangani masalah ini.
Ketika mendengar nama dan kota asal si pasien, terlihat pancaran aneh di mata sang dokter.
Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian dokter untuk menemui si pasien.
Benar dugaannya. Dokter muda ini segera mengenali wanita yang sedang sakit itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk menyelamatkan nyawanya.
Sejak hari itu sang dokter memberikan perhatian khusus pada kasus si
pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa disembuhkan.
Merasa pasiennya sudah sembuh total, sang dokter meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada si pasien.
Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor sang dokter. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien.
Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya.
Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu :
Telah dibayar lunas dengan segelas susu
Tertanda
Dr. Howard Kelly
Merasa pasiennya sudah sembuh total, sang dokter meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan kepada si pasien.
Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantor sang dokter. Ia mengamati sejenak lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien.
Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya.
Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu :
Telah dibayar lunas dengan segelas susu
Tertanda
Dr. Howard Kelly
Berkat segelas susu, dua nyawa manusia telah diselamatkan, yakni bocah
miskin yang menjelma menjadi dokter hebat, dan gadis kecil yang menjadi
pasiennya.
Demikianlah, kebaikan sekecil apa pun tetap berguna, karena
setiap kita menabur kebaikan maka akan menuai kebaikan pula.
Terjemahan dari : " A glass of Milk, Paid in Full".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar