Seorang pria dengan baju compang -camping datang menyusuri jalan berdebu menuju Nilakantha.
Nilakantha melihat ia berpakaian basah dan di tangannya memegang tas
compang-camping yang mengeluarkan bau amis.
Penasaran, Nilakantha bertanya, "Saudara, siapa kamu? Dan apa yang ada dalam tasmu? "
"Saya seorang Nelayan," jawab pria itu. "Lakho adalah nama saya. Tas ini berisi ikan yang saya tangkap hari ini. "
"Saudaraku," seru Nilakantha. "Kenapa kau membunuh begitu banyak ikan? Kapan Kamu akan dibebaskan dari dosa seperti itu? "Setiap kata dari Nilakantha membuat merinding bulu kuduk si Lakho itu. Tanya Nilakantha lanjut, "Saudaraku! Tuhan tidak menyuruhmu untuk membunuh begitu banyak makhluk-Nya? Siapa yang memberi hak kepadamu untuk membunuh makhluk hidup? "
Hati Lakho mulai luluh dan merasa bersalah, Lakha lalu menangis. Dengan tangan terlipat dia berkata, "Di Musim kemarau seperti ini saya tidak bisa mendapatkan kacang-kacangan. Jadi, saya harus mengambil pekerjaan ini. Hal ini tidak diragukan lagi dosa-dosa yang akan aku terima. Namun, aku harus melakukannya karena kebutuhan. "
Nilakantha menjawab, "Lakha,lihatlah orang lain juga hanya memakan kacang-kacangan? Mereka tidak mati dari kelaparan.
Demikian pula, jika kamu memutuskan untuk hanya memakan kacang-kacangan,
Tuhan pasti akan memenuhi kebutuhanmu dan kamu tidak akan mendapatkan
kelaparan di rumahmu. "
Menuruti perintah Nilakantha itu, Lakho mengambil ikan lalu mengembalikan ke perairan tempat mereka berasal dan secara ajaib, ikan-iakn itu hidup kembali. Hati Lakha itu menjadi tanpa beban dan ringan. Ia semakin yakin bahwa Nilakantha adalah wujud Tuhan. Dia jatuh di kaki Nilakantha dan berdoa, "Ya Brahmachariji! Hari ini, Engkau telah memberikan kesadaran kepadaku. Saya mohon silakan tinggal rumahku malam ini. Di sekitar sini banyak binatang buas. Selain itu, di mana sungai Mahi dan Sabarmati bertemu, airnya deras dan dalam dan tidak mungkin untuk menyeberang. "
Namun, Nilakantha tidak takut sehingga ia melanjutkan
perjalanannya setelah memberikan pelajaran kepada nelayan: tidak ada
yang memiliki hak untuk membunuh makhluk Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar