Cerita
pendek ini, mengutip percakapan antara Swetaketu dan ayahnya, mencoba
untuk mengungkapkan ajaran tentang Veda yang maha mulia - "Engkau adalah Aku (TwamTat Asi )."
Di dalam diri setiap orang terdapat kebenaran abadi dan realitas
yang disebut Atman, yang sama dengan realitas tertinggi yang disebut Brahman.
Kehidupan di dunia ini sebenarnya hanya ilusi (maya) dan satu-satunya cara
untuk melepaskan diri dari roda penderitaan antara hidup dan mati (reinkarnasi) adalah dengan menyadari hakekat diri ini
melalui pengabdian (Sevanam), penebusan dosa (Brata) dan meditasi (Tapa).
"Percayalah, anakku," kata ayah Svetaketu itu. "Atman adalah Sebuah esensi tak terlihat dan halus yang merupakan Roh seluruh alam semesta ini "
"Jelaskan kepadaku, ayah," kata Svetaketu.
"Baiklah, anakku. Taruhlah garam ini ke dalam air dan kembali besok pagi."
Svetaketu melakukan seperti yang diperintahkan.
Di pagi hari ayahnya meminta Swetaketu untuk mengeluarkan kembali garam itu. Swetaketu melihat ke dalam air, tapi tidak bisa menemukan garam itu. Garam itu telah larut.
Ayahnya kemudian berkata, "Rasakan air itu. Bagaimana?"
"Asin, ayah" jawab Svetaketu.
"Carilah garam itu lagi" ayahnya menyuruh Swetaketu untuk mencari Garam yang sudah larut itu.
"Aku tidak bisa melihat garam, ayah. Aku hanya melihat air yang rasanya asin" komentar Svetaketu.
Ayah Svetaketu kemudian berkata, "Dengan cara yang sama, O anakku, Kamu
tidak dapat melihat Sang Jiwa. Tapi sebenarnya dia ada di dalam Tubuhmu.
Di dalam setiap maluk hidup terdapat Jiwa (roh) yang menghidupkan kita. Jiwa itu sama dengan Tuhan itu sendiri. "Brahman Atman Aikyam" Sesungguhnya Atman (jiwa di dalam setiap maluk) adalah sama dengan Brahman (Tuhan) itu sendiri. Oleh karena itu sudah sepatutnya engkau harus menghormati dan menyayangi setiap mahluk ciptaan Tuhan.
Terjemahan dari cerita" Tat Twam Asi "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar