Sudah sepuluh bulan berlalu Nila kantha meninggalkan rumah. Saat ia melewati hutan lebat di pegunungan Himalaya, Nilkantha tiba di kota Bansi. Ada sebuah taman yang indah di tepi sungai yang mengalir tidak jauh dari kota. Nilakantha memutuskan untuk beristirahat di taman. Dia mandi di sungai setiap pagi dan menikmati taman.
Ada banyak burung yang indah yang berkicau dan bernyanyi di taman. Suatu hari, dua orang hamba raja datang ke taman dan tidak melihat Nilakantha duduk didekatnya. Mereka mengarahkan senapan mereka di udara dan menarik pemicu. "Dor! Peluru-peluru mengenai tubuh kedua burung dan mereka jatuh ke tanah merintih kesakitan. Kedua Burung itu jatuh dikaki Nilakanth.
Nilakantha terkejut melihat kekejaman dari kedua orang itu. Dia berdoa untuk dua burung itu. Dia menjadi sangat sedih. Dia tidak pergi ke kota lagi tapi hari-harinya dihabiskan sepanjang hari di taman. Hatinya sangat tergerak oleh rasa belas kasihan. Dia tidak mengharapkan terjadi kekerasan kepada mahluk ciptaan Tuhan, walau mahluk kecil.
Pada tengah malam, Nilakantha tiba-tiba terbangun. Dia masih teringat tentang kejadian hari itu dan tidak bisa tidur. Sebuah pikiran negatif melintas pikirannya, " Aku bakar saja kota ini!" Dan Nilakantha memutuskan untuk meninggalkan kota. Tapi segera setelah itu, ia mengurungkan niatnya. Dia berkata : "Sang Sadhu (orang yang bijak) harus memaafkan. Aku tak ingin menyakiti siapa pun. Nilakantha kemudian kembali duduk dibawah pohon.
Namun, Kejadian tak terduga menjadi kenyataan, kota Bansi terbakar. Dewa Agni sudah membakarnya. Api membakar, dimulai dari istana raja dan dengan cepat menyebar di seluruh kota. Raja, ratu dan semua warga mulai meninggalkan kota. Melihat semua ini, Nilakantha menyadari bahwa apa yang terjadi karena pikiran pertamanya. Dia merasa kasihan kepada warga. Seketika ia terjun ke sungai agar api itu segera padam. Hanya kedua orang yang membunuh 2 burung itu saja yang meninggal. Kota itu akhirnya dapat diselamatkan.
Lalu, Nilakantha berdiri ditengah sungai, dan mengambil sedikit air di telapak tangannya dan mengucapkan kutukan pada diri sendiri, "Jika suatu saat aku berpikir tentang hal buruk,semoga tidak terjadi. Biarkan kata-kataku dapat mengagalkannya sehingga tidak terjadi apapun." Setelah mandi dan meditasi, Nilakantha melanjutkan perjalanannya.
" Pikiran adalah sumber dari segala perilaku. Apapun yang engkau pikirkan sesungguhnya akan terjadi walaupun tidak pada detik itu juga, maka sudah sepatutnya kita selalu berpikir positif".
Terjemahan dari cerita "nilkanth curses his own words" dihttp://kids.baps.org/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar