Kavyaṁ vyākaraṇaṁ tarkam,
Veda śāstraṁ Puraṇakam.
Kalpaśiddhīni tantrāni,
Tvat prasadat samārabhet.
Veda śāstraṁ Puraṇakam.
Kalpaśiddhīni tantrāni,
Tvat prasadat samārabhet.
(Atas karunia Hyang Sarasvatī umat manusia mempelajari kitab suci
Veda dan sastra, syair, tata-bahasa, logika, berbagai disiplin dan
sejarah) Sarasvatīpūjā, 5.
1. Sarasvatī, dewi ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan
Timbul pertanyaan, mengapa hari Sarasvati jatuh pada pertemuan
Wuku terakhir dan pertama dalam perhitungan kalender Bali-Jawa, apakah
perayaan Sarasvatī di India juga jatuh pada hari yang sama, hari Sabtu
Umanis Wuku Watugunung ? Sesuai dengan sejarah perkembangan agama Hindu
di India dan di negara-negara lainnya. Kedatangan agama Hindu di
daerah-daerah itu tidak mengubah atau menghapuskan pola budaya
masyarakat setempat, justru mengangkat (mempermulia) unsur-unsur
budaya-budaya setempat dengan memasukkan nilai-nilai ajaran agama Hindu
di daerah yang memeluk agama Hindu yang dikenal dengan Sanatana
Dharma, yakni ajaran yang beṛṣifat kekal abadi. Di India kita tidak
mengenal sistem Wuku (Pawukon) seperti kalender Jawa-Bali (Nusantara)
seperti yang kita waris kini. Oleh karena itu perayaan Sarasvatīpūjā di
sana tidak bersamaan jatuhnya dengan perayaan Sarasvatīpūjā di
Indonesia. Di India pemujaan kepada Hyang Sarasvatī umumnya dikaitkan
dengan Durgāpūjā, Dīpavalī dan Rāmanavāmi, yang jatuhnya pada sekita
awal bulan Nopember dan April setiap tahun. Dengan demikian, Sarasvatī
juga dipūjā dua kali dalam setahun (tahun Masehi) seperti halnya di
Indonesia. Mengapa Sarasvatīpūjā jatuh pada hari terakhir dan hari
pertama dari tahun Wuku ? Rupanya hal ini dapat dijelaskan bahwa ketika
agama Hindu masuk ke Indonesia, orang Nusantara (khususnya Jawa dan
Bali) sudah mengenal sistem tahun yang dikenal dengan Wuku atau Pawukon
itu. Demikianlah hari-hari pemujaan kepada Iṣṭadevatā-Iṣṭadevatā,
yakni manifestasi- manifestasi Tuhan Yang Maha Esa tertentu yang sangat
didambakan oleh umat manusia yakni pengetahuan, kesejahtraan,
kemakmuran, keberuntungan, keselamatan dan sejenisnya yang terdapat di
India dimasukkan dalam sistem kalender Wuku itu. Sebagai contoh,
hari-hari pemujaan kepada Iṣṭadevatā-Iṣṭadevatā seperti pemujaan kepada
Sarasvatī dijatuhkan pada hari Sabtu Umanis Watugunung dan Minggu
Pahing Wuku Sinta, hari Ayuddhapūjā dijatuhkan pada Tumpek Landep, hari
Śaṁkarapūjā dijatuhkan pada Tumpek Variga, Śrī Lakṣmīpūjā pada Senin
Pon dan Selasa Wage Wuku Sinta, Gurupūjā (Parameṣṭiigurupūjā) pada hari
Rabu Kliwon Sinta dan lain-lain.
2. Meningkatkan semangat belajar
Adalah sangat memperihatinkan bahwa semangat belajar khususnya
semangat membaca buku sebagai dilansir oleh berbagai media massa adalah
sangat lemah di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara berkembang
lainnya, khususnya di Asia. Hal ini secara sederhana dapat dilihat
dari jumlah penerbitan buku setiap tahunnya dan kebiasaan masyarakat
untuk membaca buku sangat jarang kita temukan di tempat-tempat
istirahat, di ruang tunggu rumah sakit atau praktek dokter, di
taman-taman kota, di kereta api atau dalam perjalan dengan transfortasi
lainnya. Gejala ini sebenarnya merupakan kendala dalam meningkatkan
kecerdasan bangsa sebagai diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945, yakni: melindungi tumpah darah Indonesia, mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahtraan umum dan ikut serta mewujudkan
perdamaian dunia. Kondisi ini juga rupanya didukung pula oleh situasi
penjajahan dahulu. Di negara-negara bekas jajahan Inggris, pada umumnya
masyarakat di sana dengan mudah kita saksikan tradisi mereka membaca
buku-buku sebagai pengisi waktu dalam berbagai kesempatan terutama saat
menunggu atau saat bepergian dengan berbagai sarana transfortasi.
Belajar atau membaca buku sebenarnya diamanatkan dalam kitab suci
Veda dan susastra Hindu yang lain, sebab tanpa belajar atau membaca
bagaimana mungkin kita meningkatkan kecerdasan individu, masyarakat dan
bangsa kita. Dengan tekun belajar dewi Sarasvatī akan memberikan
inspirasi atau kiat-kiat yang dapat meningkatkan kesejahtraan dan
kebahagiaan hidup manusia. Perhatikanlah kutipan-kutipan berikut:
Pāvamānīr yo adhyeti ṛṣibhiḥ saṁbhṛtaṁ rasam, tasmai Sarasvatī duhe kṣiraṁ sarpir madhūdakam
–
Siapa saja yang senang mempelajari kitab suci Veda, yang terdiri dari
inti sari yang dipelajari oleh para rsi. Tuhan Yang Maha Esa dalam
wujud-Nya dewi Sarasvatī akan senantiasa menganugrahkan kesejahtraan
(susu,mentega cair, madu dan air Soma (panjang umur dan rejeki) yang
berlimpah. Ṛgveda IX.67.32.
Satyaṁ vada dharmaṁ cara svādhyāya mā pramadah – Hendaknya
setiap orang berbicara benar/jujur, berbuatlah kebajikan (berdasarkan
Dharma),tekunlah belajar/membaca buku dan rajin sembahyang, janganlah
lalai. Taittiriya Upanisad I,11,1.
Tad viddhi praṇipātena paripraśnena sevayā, upadekṣyanti te jñānaṁ jñāninas tattvadarśinaḥ. – Belajarlah dengan tekun, sujud dan berdisplin, dengan bertanya-tanya dan bekerja dan berbhakti. Guru yang budiman,yang telah sempurna (yang melihat kebenaran) akan mengajarkan kepadamu kebijaksanaan, ilmu dan budi pekerti yang luhur. Bhagavadgītā IV.34.
Śāstra yonitvāt – Untuk memahami keagungan Tuhan Yang Maha
Esa dan segala ciptaan-Nya, tidak ada yang lain sebagai sebagai sumber
yang valid yaitu hanya kitab suci Veda dan susastranya. Brahma Sūtra
Bhāṣya I.1.3.
Sesungguhnya masih banyak ajaran dalam agama Hindu yang dapat kita
jumpai seperti dalam kitab-kitab Upaniṣad, Rāmāyana, Mahābhārata,
Nītiśāstra baik yang berbahasa Sanskerta, Jawa Kuno ataupun Bali. Di
Bali sebuah pupuh Ginadha yang sangat memasyarakat menekankan sekali
supaya setiap orang tiada henti-hentinya belajar:
Eda ngaden awak bisa,depang anake ngadanin, gaginane buka nyampat
anak sai tumbuh luhu, hilang luhu, ebuke katah, yadin ririh liu enu,
ne pelajahin.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, sebenarnya dengan persembahyangan memuja kebesaran Sang Hyang Vidhi melalui memuja keagungan dewi Sarasvatī kita dituntut untuk belajar terus, satu sarana yang efektif adalah dengan membaca buku-buku yang bermanfaat. Bila yang melakukan Brata Sarasvatī, memang disebutkan adanya pantangan untuk tidak membaca dan menulis selama pemujaan kepada dewi Sarasvatī, namun maknanya dengan kontemplasi pada hari Sarasvatīpūjā kita berhasil lebih terdorong untuk terus dan giat belajar, oleh karena itu membaca adalah salah satu untuk dapat menguasai terangnya pelita ilmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar