PUJAWALI : Memuja Tuhan dan Prabhawa-Nya

            Sebagaimana yang kita ketahui Agama Hindu adalah agama yang memberi kebebasan kepada umatnya dalam menentukan jalanya menuju kepada Tuhan. Umat Hindu juga mempunyai tiga kerangka dasar yang tidak bisa lepas satu sama lain. Ke tiga hal tersebut adalah 1. Tattwa (Filsafat), 2 Etika (Susila), 3 Upakara (upacara yajna). Ke tiga hal ini harus berjalan beriringan agar kita dalam beragama tidak seperti bertepuk sebelah tangan. Beragama harus dilandasi  etika dan budi pakerti yang luhur, beragama juga harus memilikki pengetahuan, tattwa, dan jnana yang benar agar kita menjadi umat yang cerdas dasn tidak mudah tergelincir. Dan dalam Bergama kita juga tidak boleh meninggalkan kegtiatan  upakara yajna. Ketiganya sangat mendasar, dan menjadikan Hindu sebagai agama yang lengkap.

            Dalam upacara pujawali ini kita semua telah melaksanakan ketiga di mana kita harus mau memahami makna pilosofis rangkaian upacara ini. Pujawali adalah “puja” dan “mewali”  artinya kita semua memuja kembali keagungan Tuhan dalam prabawa-Nya sebagai  Ida Bethara yang kita puja di pura ini pada hari yang sama. Kita melaksanakan upacara pujawali secara rutin dalam jangka waktu tertentu yang kita sepakati sesuai Iksa, Sakti, Desa, Kala, dan Tattwa.  Pujawali dikondisikan sedimikian rupa dengan banten yang lengkap. Karena kita semua percaya bahwa Tuhan sebagai Ida Bethara turun ke dunia dan memberkati kita semua. Bila kita semua tulus  ikhlas dalam melaksanakan upacara ini maka kesucian batin dan kemakmuran akan dikaruniakan oleh Tuhan kepada kita semua. Dengan melaksanakan upacara pujawali ini kita semua akan dapat mewujudkan satyam, siwam dan sundaram yang artinya upacara itu terdapat unsur  kebenaran, kesucian dan keindahan. 

            Terkadang kita bertanya-tanya, mengapa kita harus mengahturkan sesaji? Bukankah Tuhan itu tidak makan? Bukankah Tuhan tidak memerlukan semua ini? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang cerdas dan masuk akal yang harus kita cari jawabannya. Kita terlahir ke dunia ini sudah membawa hutang baik kepada Tuhan atas nafas dan anggota tubuh kita (Dewa Rna), hutang kepada leluhur (Pitra Rna), dan hutang kepada para Rsi atas ajaran-ajaran suci beliau (Rsi Rna). Kita baru lahir ke dunia saja sudah membawa hutang, apalagi kita yang setiap harinya bernafas dan makan makanan yang semua itu merupakan ciptaan Tuhan. Kita harus mensyukuri anugrah Tuhan, kita harus bersyukur kita dapat bernafas dan bisa makan. Salah satu cara mnghaturkan syukur kepada Tuhan dan leluhur adalah dengan menghaturkan sesaji (banten). Selagi kita mau makan daging, beras, sayur, dan buah maka selama itu pula kita harus mempersembahkan persembahan yang serupa kepada Tuhan.

 Dalam Bhagavadgita III.10 dikatakan:

Sahayajnah prajah srishtva
Puro `vacha prajapatih
Anena prasavishva dhvam
Esha vo `stv istha kamaduk

“Sesungguhnya sejak dahulu kala dikatakan bahwa Brahman telah menciptakan manusia melalui yajna, dengan cara ini engkau akan berkembang, sesungguhnya lembu perahan yang memerah susunya karena keinginanmu sendiri”.

Dalam Bhagavadgita III.14 lebih ditegaskan bahwa:

Annad bhavanti bhutani
Parjanyad annasambhavah
Yajnad bhavati parjanyo
Yajnah karma samudhavah

“Adanya makhluk hidup karena makanan, adanya makanan karena hujan, adanya hujan karena yajna, adanya yajna karena karma”.

Kita terlahir ke dunia sebagai manusia adalah kesempatan emas yang tidak boleh kita sia-siakan. Kita diberi kesempatan untuk memperbaiki karma kita mari kita pergunakan sebaik-baiknya.  Mari kita beryajna untuk menolong diri kita sendiri. Menghaturkan sesaji adalah salah satunya. Selama kita mau makan beras, buah, dan daging maka sela itu pula kita harus menghaturkan hal yang serupa kepada Tuhan. Niscaya jika kita tulus dan yakin maka sesaji yang kita persembahkan akan meningkatkan kualiltas kesucian kita dan kesejahteraan kita. Dan saat ini kita umat Hindu di Pura ini diberi kesempatan untuk ngaturang ngayah istilahnya untuk membuat banten dan menghaturkannya kepada Hyang Widhi dengan tulus ikhlas dan penuh keyakinan. Dengan melaksanakan upakara yajna berarti kita telah ikut membumikan ajaran Weda. Ini adalah tradisi yang luhur dan mulia

Di dalam rangkaian pujawali ada yang disebut upacara Purwa daksina yaitu upacara yang dilakukan dengan berputar mengelilingi padmasana dengan membawa symbol-simbol dan pratima yang berputar ke  arah kanan sesuai arah jarum jam. Hal ini menggambarkan pemutaran gunung Mandara Giri oleh para dewa dan raksasa untuk memperoleh tirtha amerta. Rangkaian ini memberi pesan kepada kita bahwa kita du dunia ini harus ikut memutar roda kehidupan di jalan yang benar. Jika sudah berpijak pada kebenaran maka kita akan selamat dan mendapat amrta , sebaliknya jika kita salah dalam memutar roda kehiupan ini maka racun dan wisayalah yang kita dapat. Untuk itu mari kita berpegang pada ajaran dharma.

Umat se-dharma demikianlah sekelumit makna pilosofis dari rangkaian upacara pujawali, melalui pujawali kita dapat mewujudkan satyam, siwam dan sundaram. Dan pujawali merupakan media yang tepat untuk mengahturkan sradha dan bahkati agar kualitas kesucian kita meningkat dan kita dapat memperbaiki karma buruk kita.

1 komentar:

  1. Bagus sekali penjelasan secara lugas dan mudah dipahami, hindu itu sangat ilmiah dan akedemis.suksme

    BalasHapus