Beberapa bukti peninggalan sejarah dan kepercayaan masyarakat dunia dapat kita pergunakan sebagai dasar untuk menyatakan dan mempelajari bahwa agama Hindu pernah berkembang di negara-negara lain selain India antara lain di:
1. Mesir (Afrika).
Sebuah prasasti dalam bentuk incripsi yang berhasil digali di Mesir berangka tahun 1280 S.M. Isinya memuat tentang perjanjian antara raja Ramases II dengan bangsa Hittite. Dalam perjanjian yang dilaksanakan oleh Raja Ramases II dengan bangsa Hittite tersebut, Maitravaruna sebagai dewa kembar dalam weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. Hall “Ancient History of the New East”, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir dijaman purbakala mempergunakan nama-nama seperti; Ramesee I, Rameses II, Rameses III dan seterusanya. Tentang kata Rameses, mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Vishnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara. Vishnu-lah yang menyelamatkan dunia ini dari hancaman keangkara-murkaan.
2. Mexico.
Mexico terbilang negeri yang sangat jauh dari India. Masyarakat negeri ini dikatakan telah terbiasa merayakan sebuah hari raya pesta-ria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu hari pesta-ria ini memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau Navaratri dalam agama Hindu “India” (T.W.F. Gann “The Maya Indians of Southerm Yucatan, North and British Honduras” halaman 56). Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Mexico telah menghasilkan penemuan beberapa patung Ganesa (Baron Humbolt dan Harlas Sanda “Hindu Superiority” halaman 151).
Penduduk jaman purbakala yang ada di daerah-daerah “Mexico” adalah orang-orang Astika yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata Astika adalah sebuah istilah yang sampai saat ini masih terdengar oleh kita dipergunakan oleh masyarakat disana, sebagai salah ucapan dari kata Aztec.
Festipal Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Mexico dapat disamakan dengan perayaan hari Dussara atau Navaratri. Penemuan patung Ganesa kita hubungkan dengan arca Ganesa sebagai putra Dewa Siwa dalam mithelogi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Aztec itu sendiri yang kebanyakan diantara mereka memiliki kepercayaan memuja Dewa Siwa.
3. Peru.
Disebelah barat-daya Amerika Latin terdapat negeri yang disebut dengan Peru. Penduduknya melakukan pemujaan terhadap Dewa Matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada hari-hari Soltis. Masyarakat negeri Peru dikenal dengan bangsa Inca. Kata Inca berasal dari kata Ina yang berarti matahari (Asiatic Researches, Jilid I halaman 426).
Soltis jatuh pada tanggal 21 Juni dan 22 Desember, yaitu pada hari-hari dimana matahari telah sampai pada titik deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 Juni matahari ada dititik bumi belahan utara “Utarayana”, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan Dewa Yajna. Sedangkan tanggal 22 Desember matahari berada di titik bumi belahan selatan “Daksinayana” dimana waktu ini dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yajna. Dewa Matahari menurut keyakinan umat Hindu Indonesia “Bali” menyebut Siwa Raditya = Surya = Matahari. Pemujaan kehadapan Dewa Matahari “Surya Raditya” terbiasa dilakukan oleh umat Hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca sebagai penduduk negeri Peru.
4. Kota Kalifornia.
Kalifornia adalah sebuah Kota yang terdapat di Amerika. Nama Kota ini diperkirakan memiliki hubungan dengan kata Kapila Aranya. Di Kota Kalifornia terdapat Cagar Alam Taman Gunung Abu “Ash Mountain Park” dan sebuah Pulau Kuda “Horse Island” di Alaska - Amerika Utara.
Kita mengenal kisah dalam kitab Purana tentang keberadaan Raja Sagara dan enam puluh ribu (60.000) putra-putranya yang dibakar abis hingga menjadi abu oleh Maharsi Kapila. Raja Sagara memerintahkan kepada putra-putranya untuk menggali bumi menuju ke Patala-loka dalam rangka kepergian mereka mencari kuda untuk persembahan. Oleh putra-putra Raja Sagara, kuda yang dicari itu diketemukan di lokasi Maharsi Kapila mengadakan tapabrata. Oleh karena kedatangan mereka “putra araja sagara” mengganggu proses tapabrata beliau, akhirnya Maharsi Kapila memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah sampai mereka musnah menjadi abu.
Kata Patala-loka memiliki arti negeri dibalik India, yaitu benua Amerika. Kata Kalifornia memiliki kedekatan dengan kata Kapila Aranya. Kondisi ini memungkinkan sekali karena secara nyata dapat kita ketahui bahwa di Amerika terdapat cagar alam Taman Gunung Abu yang kemungkinan sekali berasal dari abunya putra-putra raja Sagara yang berjumlah enampuluh ribu dan nama pulau kuda yang diambil dari nama kuda persembahan raja sagara.
5. Australia.
Penduduk negeri Kangguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan “Siwa Dance” atau “Tari Siwa”. Siwa Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku diantara penduduk asli Australia (Spencer dan Gillen “The Native Tribes of Central Australia” halaman 621. Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari “Siwa Dance” menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ke tiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri Kangguru “Australia” ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama Dewa dalam kitab suci weda.
Semua catatan dan peninggalan sejarah merupakan bukti-bukti autentik bahwa pengaruh agama Hindu sebagai agama tertua di dunia pernah menyebar dan berkembang di seluruh Negara yang ada di dunia ini selain India. Demikian pula praktek nilai-nilai ajarannya terbukti memiliki hubungan yang sangat harmonis antara satu negeri dengan negeri yang lainnya.
Mungkin karena berbagai persoalan dan permasalahan yang sedang dihadapi dan tidak dapat dipastikan, maka ajaran dan kebaktian agama kita mulai semakin merosot di belahan dunia lainnya. Dengan demikian ajaran dan kebhaktiannya berlangsung terbatas hanya pada negeri asal mulanya yang dahulu dikenal sebagai Bharata-varsha “India” sekarang. Dan ketika semuanya itu terjadi di negeri-negeri lain maka orangnya menjadi tidak percaya lagi dengan Tuhan, tidak bertata-susila. Maka lahirlah di negeri-negeri itu para nabi “orang suci” yang dipandang dan dianggap membawa sinar terang dari salah satu aspek agama yang terlupakan ini.
Mereka lalu mengumumkan diri sebagai pendiri-pendiri agama baru, yang sesungguhnya hanya memberikan tekanan pada beberapa bentuk lainnya dari agama weda yang bersifat universal ini. Hal ini dapat kita buktikan dengan beberapa peninggalan benda-benda sejarah yang bernafaskan agama Hindu. Berbagai macam peninggalan yang dimaksud adalah;
Arca manusia berkepala tiga, bertangan empat, berdiri dengan kaki kanan dan kaki kirinya terangkat ke depan. Arca ini terbuat dari dari batu kapur yang dibakar. Postur arca ini memberikan inspirasi kepada kita tentang adanya arca Siwanatharaja. Sangat memungkinkan perkembangan selanjutnya sampai di Indonesia khususnya “Bali” yang mana hal ini mengingatkan kita pada fungsi arca Shang Hyang Acintya.
Materai yang berisi hiasan burung elang sedang mengembangkan sayapnya, kepalanya menghadap ke kiri-atas, di atas kepalanya terdapat hiasan ular. Konsep inilah yang memberi inspirasi hiasan burung Garuda bersama para naga yang terdapat dalam kitab Itihasa.
Materai bergambarkan orang yang duduk bersila, bermuka tiga bertanduk dua, hiasan kepalanya meruncing ke atas, dan dikelilingi oleh para binatang seperti; gajah, lembu, harimau, dan Badak. Di Indonesia hal ini berhubungan dengan pemujaan kepada Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati.
Materai yang berisi lukisan pohon yang berdekatan dengan seorang Dewa. Konsep ini kemudian dapat dihubungkan dengan keberadaan pohon Kalpataru atau pohon Sorgawi. Pohon Kalpataru diyakini oleh umat dapat mengabulkan semua keinginaan manusia seperti yang terdapat dalam kitab Ithihasa. Di Indonesia “Bali” mengingatkan kita dengan pelaksanaan upacara memetik pohon beringin.
Bangunan rumah yang sudah memiliki tata ruang dan tata letak yang sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari letak bangunan dan adanya kamar-kamar yang memiliki fungsi berbeda-beda. Di samping itu juga diketemukan ada jalan-jalan yang lebar dan lurus serta di samping kiri-kanan dari jalan tersebut sudah dilengkapi dengan parit yang berukuran sangat dalam sebagai pembuangan air limbah dan air hujan. Di jaman modern ini bangunan sejenis kembali dibuat sebagai upaya untuk menghindarkan diri dari bahaya kebanjiran.
Arca orang tua yang berjanggut dan mempergunakan jubah, serta arca seorang wanita yang bentuk badannya agak gemuk. Kedua arca itu disebut dengan nama arca Terracota, yang bahannya terbuat dari tanah liat yang dibakar. Arca orang tua yang berjanggut itu adalah sebagai arca tokoh spiritual sebagaimana orang-orang Hindu di dunia menghormati tokoh agamanya. Sedangkan arca seorang perempuan itu sebagai arca dewi kesuburan yang memberikan kesejahtraan umat manusia.
“Latra” lengkap dengan pancurannya sebagai tempat permandian umum atau sebagai taman yang disucikan untuk memandikan arca-arca dewa. Di Indonesia hal ini sebagai beji atau tempat memohon air suci. Sandal yang terbuat dari bahan kaca. Penemuan ini memberikan bukti kepaada kita bahwa peradaban lembah sungai Sindhu memiliki nilai kemajuan yang sangat tinggi.
Raja-raja Mesir dijaman purbakala mempergunakan nama-nama seperti; Ramesee I, Rameses II, Rameses III dan seterusanya. Tentang kata Rameses, mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Vishnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara. Vishnu-lah yang menyelamatkan dunia ini dari hancaman keangkara-murkaan.
Mexico terbilang negeri yang sangat jauh dari India. Masyarakat negeri ini dikatakan telah terbiasa merayakan sebuah hari raya pesta-ria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu hari pesta-ria ini memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau Navaratri dalam agama Hindu “India”. Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Mexico telah menghasilkan penemuan beberapa patung Ganesa. Ganesa adalah dewa kebijakan yang dipuja oleh umat Hindu. Penduduk jaman purbakala yang ada di daerah-daerah “Mexico” adalah orang-orang Astika yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata Astika adalah sebuah istilah yang sampai saat ini masih terdengar oleh kita dipergunakan oleh masyarakat disana, sebagai salah ucapan dari kata Aztec. Festipal Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Mexico dapat disamakan dengan perayaan hari Dussara atau Navaratri. Penemuan patung Ganesa kita hubungkan dengan arca Ganesa sebagai putra Dewa Siwa dalam mithelogi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Aztec itu sendiri yang kebanyakan diantara mereka memiliki kepercayaan memuja Dewa Siwa.
Peru berada disebelah barat-daya Amerika Latin terdapat negeri yang disebut dengan Peru. Penduduknya melakukan pemujaan terhadap Dewa Matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada hari-hari Soltis. Masyarakat negeri Peru dikenal dengan bangsa Inca. Kata Inca berasal dari kata Ina yang berarti matahari. Soltis jatuh pada tanggal 21 Juni dan 22 Desember, yaitu pada hari-hari dimana matahari telah sampai pada titik deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 Juni matahari ada dititik bumi belahan utara “Utarayana”, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan Dewa Yajna. Sedangkan tanggal 22 Desember matahari berada di titik bumi belahan selatan “Daksinayana” dimana waktu ini dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yajna. Dewa Matahari menurut keyakinan umat Hindu Indonesia “Bali” menyebut Siwa Raditya = Surya = Matahari. Pemujaan kehadapan Dewa Matahari “Surya Raditya” terbiasa dilakukan oleh umat Hindu kita, sebagaimana dilaksanakan oleh bangsa Inca sebagai penduduk negeri Peru.
Kalifornia adalah sebuah Kota yang terdapat di Amerika. Nama Kota ini diperkirakan memiliki hubungan dengan kata Kapila Aranya. Di Kota Kalifornia terdapat Cagar Alam Taman Gunung Abu “Ash Mountain Park” dan sebuah Pulau Kuda “Horse Island” di Alaska - Amerika Utara.
Kita mengenal kisah dalam kitab Purana tentang keberadaan Raja Sagara dan enam puluh ribu (60.000) putra-putranya yang dibakar abis hingga menjadi abu oleh Maharsi Kapila. Raja Sagara memerintahkan kepada putra-putranya untuk menggali bumi menuju ke Patala-loka dalam rangka kepergian mereka mencari kuda untuk persembahan. Oleh putra-putra Raja Sagara, kuda yang dicari itu diketemukan di lokasi Maharsi Kapila mengadakan tapabrata. Oleh karena kedatangan mereka “putra araja sagara” mengganggu proses tapabrata beliau, akhirnya Maharsi Kapila memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah sampai mereka musnah menjadi abu.
Kata Patala-loka memiliki arti negeri dibalik India, yaitu benua Amerika. Kata Kalifornia memiliki kedekatan dengan kata Kapila Aranya. Cagar alam Taman Gunung Abu kemungkinan berasal dari abunya putra-putra raja Sagara yang berjumlah enampuluh ribu. Nama pulau kuda diambil dari kuda persembahan raja sagara.
Penduduk negeri Kangguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan “Siwa Dance” atau “Tari Siwa”. Siwa Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku diantara penduduk asli Australia. Hasil penelitian Spencer dan Gillen menjelaskan bahwa para penari “Siwa Dance” menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ke tiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri Kangguru “Australia” ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama Dewa dalam kitab suci weda.
Demikian beberapa bukti peninggalan sejarah yang ada di India dapat kita hubungkan dengan keberadaan pengaruh Hindu di negara-negara lainnya. Hal ini membuktikan bahwa Hindu sebagai agama tertua di dunia telah berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung dengan negara-negara lainnya yang ada di dunia ini.
1. Mesir (Afrika).
Sebuah prasasti dalam bentuk incripsi yang berhasil digali di Mesir berangka tahun 1280 S.M. Isinya memuat tentang perjanjian antara raja Ramases II dengan bangsa Hittite. Dalam perjanjian yang dilaksanakan oleh Raja Ramases II dengan bangsa Hittite tersebut, Maitravaruna sebagai dewa kembar dalam weda telah dinyatakan sebagai saksi (H.R. Hall “Ancient History of the New East”, hal 364). Maitravaruna adalah sebutan dari Tuhan Yang Maha Esa dalam konsep ke Tuhanan agama Hindu. Raja-raja Mesir dijaman purbakala mempergunakan nama-nama seperti; Ramesee I, Rameses II, Rameses III dan seterusanya. Tentang kata Rameses, mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Vishnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara. Vishnu-lah yang menyelamatkan dunia ini dari hancaman keangkara-murkaan.
2. Mexico.
Mexico terbilang negeri yang sangat jauh dari India. Masyarakat negeri ini dikatakan telah terbiasa merayakan sebuah hari raya pesta-ria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu hari pesta-ria ini memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau Navaratri dalam agama Hindu “India” (T.W.F. Gann “The Maya Indians of Southerm Yucatan, North and British Honduras” halaman 56). Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Mexico telah menghasilkan penemuan beberapa patung Ganesa (Baron Humbolt dan Harlas Sanda “Hindu Superiority” halaman 151).
Penduduk jaman purbakala yang ada di daerah-daerah “Mexico” adalah orang-orang Astika yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata Astika adalah sebuah istilah yang sampai saat ini masih terdengar oleh kita dipergunakan oleh masyarakat disana, sebagai salah ucapan dari kata Aztec.
Festipal Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Mexico dapat disamakan dengan perayaan hari Dussara atau Navaratri. Penemuan patung Ganesa kita hubungkan dengan arca Ganesa sebagai putra Dewa Siwa dalam mithelogi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Aztec itu sendiri yang kebanyakan diantara mereka memiliki kepercayaan memuja Dewa Siwa.
3. Peru.
Disebelah barat-daya Amerika Latin terdapat negeri yang disebut dengan Peru. Penduduknya melakukan pemujaan terhadap Dewa Matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada hari-hari Soltis. Masyarakat negeri Peru dikenal dengan bangsa Inca. Kata Inca berasal dari kata Ina yang berarti matahari (Asiatic Researches, Jilid I halaman 426).
Soltis jatuh pada tanggal 21 Juni dan 22 Desember, yaitu pada hari-hari dimana matahari telah sampai pada titik deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 Juni matahari ada dititik bumi belahan utara “Utarayana”, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan Dewa Yajna. Sedangkan tanggal 22 Desember matahari berada di titik bumi belahan selatan “Daksinayana” dimana waktu ini dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yajna. Dewa Matahari menurut keyakinan umat Hindu Indonesia “Bali” menyebut Siwa Raditya = Surya = Matahari. Pemujaan kehadapan Dewa Matahari “Surya Raditya” terbiasa dilakukan oleh umat Hindu kita, sebagaimana juga dilaksanakan oleh bangsa Inca sebagai penduduk negeri Peru.
4. Kota Kalifornia.
Kalifornia adalah sebuah Kota yang terdapat di Amerika. Nama Kota ini diperkirakan memiliki hubungan dengan kata Kapila Aranya. Di Kota Kalifornia terdapat Cagar Alam Taman Gunung Abu “Ash Mountain Park” dan sebuah Pulau Kuda “Horse Island” di Alaska - Amerika Utara.
Kita mengenal kisah dalam kitab Purana tentang keberadaan Raja Sagara dan enam puluh ribu (60.000) putra-putranya yang dibakar abis hingga menjadi abu oleh Maharsi Kapila. Raja Sagara memerintahkan kepada putra-putranya untuk menggali bumi menuju ke Patala-loka dalam rangka kepergian mereka mencari kuda untuk persembahan. Oleh putra-putra Raja Sagara, kuda yang dicari itu diketemukan di lokasi Maharsi Kapila mengadakan tapabrata. Oleh karena kedatangan mereka “putra araja sagara” mengganggu proses tapabrata beliau, akhirnya Maharsi Kapila memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah sampai mereka musnah menjadi abu.
Kata Patala-loka memiliki arti negeri dibalik India, yaitu benua Amerika. Kata Kalifornia memiliki kedekatan dengan kata Kapila Aranya. Kondisi ini memungkinkan sekali karena secara nyata dapat kita ketahui bahwa di Amerika terdapat cagar alam Taman Gunung Abu yang kemungkinan sekali berasal dari abunya putra-putra raja Sagara yang berjumlah enampuluh ribu dan nama pulau kuda yang diambil dari nama kuda persembahan raja sagara.
5. Australia.
Penduduk negeri Kangguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan “Siwa Dance” atau “Tari Siwa”. Siwa Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku diantara penduduk asli Australia (Spencer dan Gillen “The Native Tribes of Central Australia” halaman 621. Macmillan, 1899). Hasil penelitiannya menjelaskan bahwa para penari “Siwa Dance” menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ke tiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri Kangguru “Australia” ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama Dewa dalam kitab suci weda.
Semua catatan dan peninggalan sejarah merupakan bukti-bukti autentik bahwa pengaruh agama Hindu sebagai agama tertua di dunia pernah menyebar dan berkembang di seluruh Negara yang ada di dunia ini selain India. Demikian pula praktek nilai-nilai ajarannya terbukti memiliki hubungan yang sangat harmonis antara satu negeri dengan negeri yang lainnya.
Mungkin karena berbagai persoalan dan permasalahan yang sedang dihadapi dan tidak dapat dipastikan, maka ajaran dan kebaktian agama kita mulai semakin merosot di belahan dunia lainnya. Dengan demikian ajaran dan kebhaktiannya berlangsung terbatas hanya pada negeri asal mulanya yang dahulu dikenal sebagai Bharata-varsha “India” sekarang. Dan ketika semuanya itu terjadi di negeri-negeri lain maka orangnya menjadi tidak percaya lagi dengan Tuhan, tidak bertata-susila. Maka lahirlah di negeri-negeri itu para nabi “orang suci” yang dipandang dan dianggap membawa sinar terang dari salah satu aspek agama yang terlupakan ini.
Mereka lalu mengumumkan diri sebagai pendiri-pendiri agama baru, yang sesungguhnya hanya memberikan tekanan pada beberapa bentuk lainnya dari agama weda yang bersifat universal ini. Hal ini dapat kita buktikan dengan beberapa peninggalan benda-benda sejarah yang bernafaskan agama Hindu. Berbagai macam peninggalan yang dimaksud adalah;
Arca manusia berkepala tiga, bertangan empat, berdiri dengan kaki kanan dan kaki kirinya terangkat ke depan. Arca ini terbuat dari dari batu kapur yang dibakar. Postur arca ini memberikan inspirasi kepada kita tentang adanya arca Siwanatharaja. Sangat memungkinkan perkembangan selanjutnya sampai di Indonesia khususnya “Bali” yang mana hal ini mengingatkan kita pada fungsi arca Shang Hyang Acintya.
Materai yang berisi hiasan burung elang sedang mengembangkan sayapnya, kepalanya menghadap ke kiri-atas, di atas kepalanya terdapat hiasan ular. Konsep inilah yang memberi inspirasi hiasan burung Garuda bersama para naga yang terdapat dalam kitab Itihasa.
Materai bergambarkan orang yang duduk bersila, bermuka tiga bertanduk dua, hiasan kepalanya meruncing ke atas, dan dikelilingi oleh para binatang seperti; gajah, lembu, harimau, dan Badak. Di Indonesia hal ini berhubungan dengan pemujaan kepada Dewa Siwa dalam manifestasinya sebagai Sang Hyang Pasupati.
Materai yang berisi lukisan pohon yang berdekatan dengan seorang Dewa. Konsep ini kemudian dapat dihubungkan dengan keberadaan pohon Kalpataru atau pohon Sorgawi. Pohon Kalpataru diyakini oleh umat dapat mengabulkan semua keinginaan manusia seperti yang terdapat dalam kitab Ithihasa. Di Indonesia “Bali” mengingatkan kita dengan pelaksanaan upacara memetik pohon beringin.
Bangunan rumah yang sudah memiliki tata ruang dan tata letak yang sangat baik. Hal ini dapat dibuktikan dari letak bangunan dan adanya kamar-kamar yang memiliki fungsi berbeda-beda. Di samping itu juga diketemukan ada jalan-jalan yang lebar dan lurus serta di samping kiri-kanan dari jalan tersebut sudah dilengkapi dengan parit yang berukuran sangat dalam sebagai pembuangan air limbah dan air hujan. Di jaman modern ini bangunan sejenis kembali dibuat sebagai upaya untuk menghindarkan diri dari bahaya kebanjiran.
Arca orang tua yang berjanggut dan mempergunakan jubah, serta arca seorang wanita yang bentuk badannya agak gemuk. Kedua arca itu disebut dengan nama arca Terracota, yang bahannya terbuat dari tanah liat yang dibakar. Arca orang tua yang berjanggut itu adalah sebagai arca tokoh spiritual sebagaimana orang-orang Hindu di dunia menghormati tokoh agamanya. Sedangkan arca seorang perempuan itu sebagai arca dewi kesuburan yang memberikan kesejahtraan umat manusia.
“Latra” lengkap dengan pancurannya sebagai tempat permandian umum atau sebagai taman yang disucikan untuk memandikan arca-arca dewa. Di Indonesia hal ini sebagai beji atau tempat memohon air suci. Sandal yang terbuat dari bahan kaca. Penemuan ini memberikan bukti kepaada kita bahwa peradaban lembah sungai Sindhu memiliki nilai kemajuan yang sangat tinggi.
Raja-raja Mesir dijaman purbakala mempergunakan nama-nama seperti; Ramesee I, Rameses II, Rameses III dan seterusanya. Tentang kata Rameses, mengingatkan kita kepada Rama yang terdapat dalam kitab Ramayana. Rama, oleh umat Hindu diyakini sebagai penjelmaan atau awatara Vishnu, yaitu manifestasi dari Tuhan sebagai pemelihara. Vishnu-lah yang menyelamatkan dunia ini dari hancaman keangkara-murkaan.
Mexico terbilang negeri yang sangat jauh dari India. Masyarakat negeri ini dikatakan telah terbiasa merayakan sebuah hari raya pesta-ria yang disebut dengan hari Rama-Sita. Waktu hari pesta-ria ini memiliki hubungan erat dengan waktu hari suci Dussara atau Navaratri dalam agama Hindu “India”. Penggalian-penggalian peninggalan bersejarah yang dilakukan di negeri Mexico telah menghasilkan penemuan beberapa patung Ganesa. Ganesa adalah dewa kebijakan yang dipuja oleh umat Hindu. Penduduk jaman purbakala yang ada di daerah-daerah “Mexico” adalah orang-orang Astika yaitu orang-orang yang percaya dengan keberadaan weda-weda. Kata Astika adalah sebuah istilah yang sampai saat ini masih terdengar oleh kita dipergunakan oleh masyarakat disana, sebagai salah ucapan dari kata Aztec. Festipal Rama-Sita yang dirayakan oleh masyarakat Mexico dapat disamakan dengan perayaan hari Dussara atau Navaratri. Penemuan patung Ganesa kita hubungkan dengan arca Ganesa sebagai putra Dewa Siwa dalam mithelogi Hindu. Masyarakat Astika adalah suku bangsa Aztec itu sendiri yang kebanyakan diantara mereka memiliki kepercayaan memuja Dewa Siwa.
Peru berada disebelah barat-daya Amerika Latin terdapat negeri yang disebut dengan Peru. Penduduknya melakukan pemujaan terhadap Dewa Matahari. Hari-hari raya tahunan masyarakat ini jatuh pada hari-hari Soltis. Masyarakat negeri Peru dikenal dengan bangsa Inca. Kata Inca berasal dari kata Ina yang berarti matahari. Soltis jatuh pada tanggal 21 Juni dan 22 Desember, yaitu pada hari-hari dimana matahari telah sampai pada titik deklanasinya di sebelah selatan dan di sebelah utara untuk kembali lagi pada peredarannya. Sebagaimana biasa mulai tanggal 21 Juni matahari ada dititik bumi belahan utara “Utarayana”, waktu yang dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berkaitan dengan Dewa Yajna. Sedangkan tanggal 22 Desember matahari berada di titik bumi belahan selatan “Daksinayana” dimana waktu ini dipandang baik untuk melaksanakan upacara yang berhubungan dengan Bhuta Yajna. Dewa Matahari menurut keyakinan umat Hindu Indonesia “Bali” menyebut Siwa Raditya = Surya = Matahari. Pemujaan kehadapan Dewa Matahari “Surya Raditya” terbiasa dilakukan oleh umat Hindu kita, sebagaimana dilaksanakan oleh bangsa Inca sebagai penduduk negeri Peru.
Kalifornia adalah sebuah Kota yang terdapat di Amerika. Nama Kota ini diperkirakan memiliki hubungan dengan kata Kapila Aranya. Di Kota Kalifornia terdapat Cagar Alam Taman Gunung Abu “Ash Mountain Park” dan sebuah Pulau Kuda “Horse Island” di Alaska - Amerika Utara.
Kita mengenal kisah dalam kitab Purana tentang keberadaan Raja Sagara dan enam puluh ribu (60.000) putra-putranya yang dibakar abis hingga menjadi abu oleh Maharsi Kapila. Raja Sagara memerintahkan kepada putra-putranya untuk menggali bumi menuju ke Patala-loka dalam rangka kepergian mereka mencari kuda untuk persembahan. Oleh putra-putra Raja Sagara, kuda yang dicari itu diketemukan di lokasi Maharsi Kapila mengadakan tapabrata. Oleh karena kedatangan mereka “putra araja sagara” mengganggu proses tapabrata beliau, akhirnya Maharsi Kapila memandang putra-putra raja itu dengan pandangan amarah sampai mereka musnah menjadi abu.
Kata Patala-loka memiliki arti negeri dibalik India, yaitu benua Amerika. Kata Kalifornia memiliki kedekatan dengan kata Kapila Aranya. Cagar alam Taman Gunung Abu kemungkinan berasal dari abunya putra-putra raja Sagara yang berjumlah enampuluh ribu. Nama pulau kuda diambil dari kuda persembahan raja sagara.
Penduduk negeri Kangguru ini memiliki jenis tarian tradisional yang disebut dengan “Siwa Dance” atau “Tari Siwa”. Siwa Dance adalah semacam tarian yang umum berlaku diantara penduduk asli Australia. Hasil penelitian Spencer dan Gillen menjelaskan bahwa para penari “Siwa Dance” menghiasi dahinya dengan hiasan mata yang ke tiga. Hal ini merupakan suatu bukti yang dapat dijadikan sumber memberikan informasi kepada kita bahwa penduduk asli negeri Kangguru “Australia” ini telah mengenal atau mendengar dongeng-dongeng weda dan nama-nama Dewa dalam kitab suci weda.
Demikian beberapa bukti peninggalan sejarah yang ada di India dapat kita hubungkan dengan keberadaan pengaruh Hindu di negara-negara lainnya. Hal ini membuktikan bahwa Hindu sebagai agama tertua di dunia telah berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung dengan negara-negara lainnya yang ada di dunia ini.
Thanks ya gan blog ini membantu saya sekali .................
BalasHapusbisnistiket.co.id
cukup menambah wawasan, namun masih ada di Chile, Tahiti,Iran, Turki, Singapura, Thailand, Malaysia. Perlu digali kembali
BalasHapusY benar demi mengungkap kbenaran
BalasHapus