Suatu kali ada seorang anak laki-laki yang
memungut permata yang berharga, bulat dan cemerlang, dan digunakannya
untuk bermain kelereng di jalan bersama teman-temannya. Suatu hari
seorang jauhari lewat di jalan itu. Pandangan matanya yang tajam jatuh
ke permata tersebut. Didekatinya anak laki-laki tesebut, diajaknya ke
pinggir dan ditawarkannya lima puluh rupi*
sebagai gantinya. Jika anak itu tahu nilai lima puluh rupi ia pasti
mengetahui nilai permata itu! Anak itu mendatangi ibunya dan memberi
tahu bahwa ada seorang asing yang menggodanya dengan uang lima puluh
rupi untuk ditukar dengan kelereng yang sedang dipakai bermain. Ibunya
amat heran, mengapa kelereng itu demikian mahal. "Jangan keluar dari
halaman dengan kelereng itu; bermainlah di kebun bersama teman-temanmu."
Ketika nilainya telah diketahui, orang pun akan membuat batasan.
Malan
itu, sang jauhari tidak dapat tidur. Ia merencanakan untuk mendapatkan
permata itu dari orang-orang yang sederhana tersebut sehingga dapat
dijualnya dengan laba yang besar pada seorang jutawan atau seorang
maharaja. Ditemukannya rumah anak laki-laki tesebut dan ia pun berjalan
hilir-mudik di jalan tesebut dengan harapan untuk berjumpa dengan anak
itu. Ketika dilihatnya anak itu bermain dengan permata tesebut
seolah-olah benda itu adalah kelereng yang murah, hatinya amat tersiksa.
Anak itu melemparkannya ke lantai, tepat ketika ibunya keluar dari
raung dalam. Kakinya terantuk dan kelereng itu jatuh ke bawah
semak-semak. Pedagang itu berkata kepada anak tersebut menanyakan
permatanya dan akan ditukar dengan seratus rupi, dan kemudian lima ratus
rupi! Anak itu berlari pulang sambil menangis, mengadukan orang asing
yang selalu mengganggunya. Ibunya keluar ke kebun dan memohon agar
saudagar itu pergi.
Pedagang itu
memanfaatkan kesempatan ini, dikatakannya pada ibu tersebut bahwa saat
itu juga ia bersedia memberikan seribu rupi jika kelereng itu diberikan
kepadanya! Mendengar ini, dilarangnya anaknya bermain di luar rumah; ia
hanya boleh bermain di dalam kamar. Pedagang itu tidak mau diusir begitu
saja. Keesokan harinya ia datang lagi ke rumah itu dan mengeluarkan
uang sepuluh ribu rupi untuk kelereng tersebut. Ibu itu tidak mau
berpisah dengan kelereng tersebut dan sekarang malah menyimpannya di
dalam peti besi yang terkunci! Ketika pedagang itu datang lagi keesokan
harinya sambil membawa uang lima puluh ribu rupi, dibawanya kelereng itu
ke bank dan dititipkannya dalam ruang pengaman di bawah tanah. Engkau
juga bermain kelereng dengan nama Tuhan tanpa menyadari nilainya. Jika
suatu kali engkau mengetahuinya, engkau akan menyimpannya dalam-dalam di
lubuk hatimu, sebagai harta yang paling berharga. Ketahuilah bahwa Nama
itu adalah kunci keberhasilan dalam usahamu untuk mencari ketenangan,
ketabahan, keberanian, penerangan, dan kebebasan.
*Rs 1,- = kira-kira Rp. 70,- tahun 1993
Tidak ada komentar:
Posting Komentar