Aktualisasi Sraddha dan Bhakti

Umat Hindu pada khususnya telah mengetahui apa yang dimaksud dengan Sradha dan bhakti. Sradha adalah keyakinan, kepercayaan kepada Tuhan dan ajaran agama yang dianut. Sebagai umat Hindu kita harus percaya bahwa Tuhan itu ada, kita harus percaya bahwa Atman itu ada yang senantiasa menghidupi setiap makhluk hidup. Di samping itu juga kita harus percaya bahwa hukum karma phala itu ada, karena hukum karma phala akan tetap berlaku bagi siapapun baik yang percaya maupun tidak percaya. Kita juga harus percaya bahwa reinkarnasi itu ada, dan jiwa yang tidak terikat akan mencapai moksa baik di dunia ini (Jiwan mukti) maupun moksa setelah mati. Sedangkan bhakti adalah sebuah persembahan kerja tanpa memikirkan hasil dan penyerahan diri secara total. Sradha dan bhakti harus senantiasa menjiwai setiap gerak langkah umat Hindu. Dengan demikian apa yang kita kerjakan akan bermanfaat  bagi kehidupan kita baik di dunia ini maupun setelah kita mati. Kita mati tidak membawa materi apapun. Yang kita bawa hanyalah karma kita masing-masing. Inilah penjelasan Sradha  dan bhakti secara singkat yang tentunya umat Hindu sudah memahaminya. Yang menjadi pertanyaan sekarang apakah kita sebagai umat Hindu sudah mengaktualisasikan sradha dan bhakti bagi kehidupan umat Hindu? Jawabannya tentunya ada dalam diri umat Hindu semua.

Perkembangan pemahaman dan pengamalan sradha dan bhakti umat Hindu diharapkan juga semakin meningkat, dengan memahami dan melaksanakan swadharma kita masing-masing sesuai dengan tugas dan fungsinya. Laksanakan kerja dengan rasa bhakti yang tulus dan kita persembahkan untuk  Tuhan. Jangan bekerja dengan motif dan keinginan pribadi. Setiap pekerjaan yang kita lakukan ini hendaknya dilandasi dengan sradha dan bhakti. Karena bekerja adalah perwujudan dari sradha dan bhakti.  Pura adalah sebagai tempat mengaplikasikan ajaran Sradha dan bhakti. Pura selain sebagi tempat untuk memuja Tuhan juga dipakai sebagi media pemersatu umat. Di pura kita bisa melakukan ngayah.  Ngayah adalah salah satu bentuk bhakti untuk lebih mendekatkan diri dengan Tuhan dengan didasari Sradha. Ngayah dapat kita lakukan sesuai dengan kekuatan dan kemampuan kita. Di hadapan Tuhan semuanya sama, tinggal karma masing-masing yang berbeda. Pelaksanaan sradha dan bhakti dalam bentuk ngayah merupakan pengejawantahan ajaran bhakti  yang disebut Sewanam, hal ini akan dapat meningkatkan kualitas diri dalam rangka mewujudkan kehiduapan yang bahagia (Anandam).

Agama Hindu sudah mengajarkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai budi pakerti yang luhur kepada kita. Sebagai konskuensinya kita harus mau menerapkan dalam kehidupan yang nyata. Ajaran-ajaran agama tidak hanya cukup kita baca dan kita pahami tetapi perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pustaka suci dijelaskan bahwa puncak dari segala aktifitas spiritual adalah kerja dengan tidak mengharapkan hasil. Setinggi-tingginya ilmu  pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang pada akhirnya dia harus mengabdikan ilmu pengetahuannya di tengah-tengah masyarakat. inilah pentingnya kita belajar ilmu pengetahuan dengan dilandasi ajaran agama yang baik. Agama tanpa pengetahuan adalah buta, tetapi pengetahuan tanpa agama akan hancur.

Dewasa ini kita sedang menghadapi isu isu global yang mau tidak mau kita sebagai umat Hindu harus menghadapinya secara bijak. Perubahan demi perubahan terjadi seiring dengan kemajuan zaman. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan yang luar biasa. Semua aktifitas yang dilakukan oleh manusia membawa dampak yang berarti baik terhadap dirinya sendiri,orang lain maupun lingkungan. Seperti sikap pemerintah saat ini yang secara tegas menyatakan anti korupsi yang kemarin tanggal 9 Desember diperingati sebagai hari anti korupsi sedunia. Sebelumnya menggelinding isu pemanasan global (Global Worming). Hal ini berarti betapa kita mesti mawas diri dan berusaha bisa melakukan uasaha antisipasi dini untuk mengurangi emisi gas buangan agar pemanasan global dapat diperlambat. Disamping tindakan preventif kita juga bisa dengan menerapkan ajaran agama kita. Dalam ajaran agama Hindu mengenal ajaran Tri Hita Karana. Tri Hita Karana artinya tiga bentuk hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan (vertikal), manusia dengan manusia (horizontal), dan manusia dengan alam lingkungan sekitar. Dalam Bhagavadgita Adhyaya II Sloka 10 dijelaskan:

Sahayajña prajná srstva
Puro’váca prajápatih,
Anena prasavisya dhvam
Esa vo stv ista kámadhuk


Artinya:
Pada zaman dahulu, Prajapati menciptakan jagat raya ini atas dasar Yajña  dan bersabda: wahai umat manusia, dengan Yajña  ini engkau berkembang biak dan jadikan bumi ini sebagai sapi perahanmu.

Tuhan menciptakan dunia dan seisinya ini dengan yajnya. Maka kita harus memanfaatnya bagi kehidupan kita dengan tetap menjaga hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesame manusia dan dengan lingkungan alam sekitar kita. Jika salah satu saja dari unsur kehidupan ini terganggu hubungannya maka akan menimbulkan ketidak harmonisan yang bisa berakhir dengan bencana. Jika alam ini sudah panas atau iklim berubah itu sebenarnya menjadi sebuah tanda bahwa manusia sudah tidak harmonis dengan alam. Keserakahan manusia itu sendiri yang menyebabkan terjadinya perubahan iklim, (Climate Change).

Sebenarnya isu-isu dan perubahan itu memberi pendidikan yang positif bahwa manusia harus belajar menjadi dewasa dengan siap menerima perubahan-perubahan yang ada. Sebagai contoh lain adalah perobahan harga BBM misalnya. Dan secara tegas pemerintah akan mengikuti harga minyak dunia. Perubahan-perubahan yang terjadi dewasa ini hendaknya kita sikapi dengan dewasa. Di sinilah kita belajar memenejemen kehidupan dengan baik. Kita harus siap menerima perubahan-perubahan yang terjadi. Unjuk rasa, demonstrasi yang mengarah pada tindakan anarki hanya akan memperburuk suasana saja. Tetapi untuk menghadapi semua ini manusia harus mempunyai semacam bekal ajaran yang kuat.

Belum lagi sekarang ini kita harus mewaspadai gejala krisis ekonomi global yang ditandai dengan bangkrutnya perusahaan terkemuka “Lehman Brothers”. Gejala ini harus kita waspadai oleh umat Hindu sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Dalam Hindu diajarkan Wiweka yang artinya bahwa sebagai umat Hindu kita harus bisa memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Jika kita tidak mempunyai wiweka maka kita akan hancur. Dengan pemahaman dan pengertian serta pemantapan nilai-nilai keagamaan, umat akan mampu menyaring/memfilter isu-isu yang terjadi dalam perkembangan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kesimpulannya bahwa Umat Hindu tidak hanya cukup mengerti dan memahami apa itu sradha dan bhakti, tetapi lebih dari itu yaitu aktualisasi diri dengan meningkatkan sradha dan bhakti. Salah satu yang bias kita lakukan adalah melaksanakan upacara yadnya/karya mamungkah Ngenteg Linggih yang kita laksanakan saat ini sebagaimana diamanatkan dalam ajaran Bhagavadgita Bab  III,Sloka 14 sebagai berikut :” Adanya mahluk hidup karena makanan,adanya makanan karena hujan, adanya hujan karena yajna, adanya yadnya karena karma”  Oleh sebab itu beryadnya adalah sesuatu yang utama dan menjadi kewajiban kita sebagai umat , agar yadnya menjadi satwika dan memberikan manfaat hendaknya didasari dengan hal-hal sebagai berikut :

  1. Lascarya artinya dilaksanakan dengan ketulusan hati, tanpa pamerih dan tidak menghitung untung ruginya
  2. Sastratah berdasarkan sastra, jangan beryadnya tanpa ada pedoman sastra
  3. Tidak bermaksud Pamer atau jor-joran dan dilaksanakan dengan kesepakatan dan kemampuan umat.
Demikian sekelumit tulisan ini kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua. 
Om Sarwe Bhawantu sukhinah
Sarwe santu niramaya
Sarwe badra nipasyantu
Ma kascit dukha bhag bhawet

Om Shantih shantih shantih Om

Tidak ada komentar:

Posting Komentar