Di
sebuah hutan, ada sebuah asrama milik resi Vasistha, putra dewa Brahma.
Di depan asrama itu terdapat sebuah sungai. Beberapa ekor kijang dan
binatang-binatang jinak lainnya juga terlihat di sana. Tempat itu juga
dihiasi dengan musik yang diciptakan oleh suara burung yang bersarang di
pepohonan dan kedamaian memenuhi suasana dalam hutan yang mengelilingi
asrama itu. Suatu ketika, di asrama itu beberapa orang resi sedang
melakukan tapa dan mereka kebanyakan sedang tenggelam dalam meditasi, di
mana mereka seolah-olah tidak melihat dunia ini lagi. Bagi raja Kausika
saat belum menjadi resi Visvamitra berpikir, Brahmaloka yang beliau
dengar bukanlah di surga mana pun melainkan di sini di dunia, di mana
resi Vasistha tinggal.
Pada
saat itu, resi Vasistha dikunjungi oleh raja Kausika. Sang raja memberi
sujud pada sang resi. Beliau langsung mempersilakan masuk sang raja
untuk duduk di tempat yang telah disediakan. Pada saat itu, mereka
berbicara tentang kerajaan raja Kausika. Suatu waktu, resi Vasistha
berkata pada sang raja, “Hamba ingin Anda menerima kesederhanaan asrama
ini. Adalah suatu penghormatan besar dan langka, Anda telah mengunjungi
asrama dengan pasukan Anda. Hamba ingin menghibur Anda. Anda harus
dijamu dan adalah suatu kesenangan kami dengan melakukan hal ini.” Sang
raja begitu tersentuh, namun raja menolak dan ingin segera melanjutkan
perjalanannya dan sang raja segera bangkit dari tempat duduknya. Namun,
sang resi tidak menginginkan seorang pun pergi. Akhirnya sang raja tidak
punya pilihan dan menyanggupi permintaan sang resi dengan berkata:
“Terjadilah sesuai kehendak Anda, tuanku…” Sambil tersipu-sipu kemudian
mereka keluar dari asrama.
Kemudian
sang resi memanggil seseorang: “Surabhi! Anakku! Sabale! Kemarilah!”
Sang raja sempat bingung siapa gerangan yang dipanggil oleh sang resi,
dan selama masih bingung, datanglah seekor lembu betina yang jinak
berdiri di hadapan resi Vasistha sambil berkata: “Ayah memanggilku?”
Raja Kausika hampir tidak percaya melihat keindahan sapi itu. Bentuk
tubuhnya sangat indah, lebar dengan kulit warna hitam dan putih. Matanya
sangat lembut dan jernih selanjutnya Vasistha berkata: “Sabale, beliau
ini adalah seorang raja yang bergelar Kausika. Siapkan segalanya untuk
menjamu tamu-tamu ini. Jangan sampai mereka tidak puas. Bergegaslah,
ciptakan segala keperluannya.”
Kemudian
sapi itu pun menciptakan seperangkat hidangan besar. Tersedia segala
makanan dan minuman yang diminta. Makanan itu begitu lezat hingga
memenuhi cita rasa. Dengan demikian, mereka sangat puas, raja Kausika
dan pasukannya amat senang dan memuji sang resi. Sang raja kemudian
berkata: “Tuanku, belum pernah dalam hidup hamba dijamu seperti ini dan
belum pernah hamba merasakan makanan seenak ini. Hamba ada permintaan
pada Anda. Kemampuan sapi itu seharusnya mensejahterakan banyak orang.
Mohon Anda bersedia memberikannya pada hamba dan sebagai gantinya hamba
akan memberi seratus ribu ekor sapi.” Dengan tersentak dan mata yang
mulai basah, resi menolaknya dengan nada halus. Namun sang raja tetap
bersikukuh untuk memiliki sapi itu dengan berkata akan memberi seribu
ekor gajah lengkap dengan perhiasan, delapan ratus kuda dengan
keretanya, dan lebih banyak lagi. Namun resi Vasistha tetap menolaknya.
Kausika adalah seorang ksatriya
di mana kemarahan adalah sifat kedua. Selama ini permintaannya selalu
terlaksana, kini hatinya tertambat pada sapi itu. Raja mulai marah, raja
keluar dari asrama dengan memerintah pasukannya untuk mengambil paksa
sapi itu. Resi Vasistha tampak membiarkannya, maka sapi itu sedih sambil
berpikir, “mengapa ayah (Vasistha) tega membiarkanku diseret?” Akhirnya
sapi itu memberontak dan lari ke arah resi, sapi itu menanyakan pada
resi mengapa dirinya dibiarkan diseret secara paksa. Setelah bicara
beberapa saat, sapi itu ingin memberi pelajaran pada raja dengan meminta
berkat dari resi dan akhirnya sang resi memberkatinya untuk menciptakan
pasukan guna menghadapi raja itu. Akhirnya, terjadilah pertempuran
antara pasukan raja dan pasukan Surabhi. Suatu waktu, sang raja langsung
menyerang Vasistha. Sang resi, yang dengan hunkara (api
tapanya) membakar seluruh pasukan raja hingga menjadi abu. Sang raja
terpukul. Merasa tidak memiliki kekuatan, akhirnya ia meninggalkan
asrama. Dengan rasa marah, akhirnya sang raja pergi ke lembah Himalaya
di tempat para kinara dan memulai tapa untuk menyenangkan dewa
Mahadewa. Akhirnya dewa Mahadewa berkenan hadir untuk menanyakan
keinginan sang raja. Raja memohon: “Tuanku, jika Anda berkenan dengan
hamba maka anugerahilah hamba: agar hamba bisa mahir dalam seni memanah.
Berkatilah agar hamba bisa menguasai semua astra Illahi. Mohon Anda
bermurah hati untuk memenuhi permintaan hamba.” Mahadewa kemudian
berkenan: “Aku telah memberkatimu, maka pergilah dengan kedamaian.”
Setelah
mendapat bekal berkat dari dewa Mahadewa, sang raja kembali ke asrama
Vasistha untuk menantang resi tersebut. Merasa memiliki astra-astra yang
tidak akan terkalahkan, sang raja menyerang resi Vasistha. Resi
Vasistha menerima tantangan itu. Dengan kekuatan hasil tapa beliau,
beliau mampu menaklukan astra-astra yang diberkati dewa Mahadewa sekali
pun. Raja Kausika terpukul kembali atas kekalahannya. Ia menjatuhkan
busur dan anak panahnya dan dengan keras ia berteriak: “Persetan dengan bala
ksatriya. Hanya bala seorang brahmanalah yang terhebat. Aku putuskan untuk melakukan tapa agar aku bisa seperti dia.”
ksatriya. Hanya bala seorang brahmanalah yang terhebat. Aku putuskan untuk melakukan tapa agar aku bisa seperti dia.”
Akhirnya
sang raja pergi ke selatan untuk bertapa kembali. Setelah seribu tahun,
dewa Brahma datang dan bersabda padanya: “Kausika, tapamu begitu hebat
hingga seluruh penghuni surga berkenan dengan konsentrasimu. Kau telah
mencapai sesuatu yang kelihatannya mustahil. Dari sekarang kau akan
diberi gelar ‘Rajaresi Kausika’.” Namun sang raja merasa belum cukup, ia
ingin bertapa lagi dan akhirnya ia menjadi Brahmaresi. Pada masa itu,
ia kedatangan seorang raja bernama Trisanku yang telah dikutuk menjadi candala.
Raja yang dikutuk itu meminta pada Kausika untuk diberkati agar dapat
ke surga dengan fisiknya. Ini sesuatu yang mustahil namun Kausika
sebagai Brahmaresi berjanji memenuhi keinginannya. Kausika mempersiapkan
segala sesuatu untuk yajña agar Trisanku dapat ke surga dengan fisiknya. Yajña
itu ditolak oleh para dewa. Setelah berdebat dengan para dewa. Akhirnya
Kausika menciptakan surga baru bagi Trisanku dan akhirnya berhasil.
Merasa pertapaannya diganggu. Kausika kembali melanjutkan tapanya di
daerah barat. Sekian lama akhirnya ia menjadi Maharesi. Kausika pernah
mengalami kejatuhan. Akhirnya, untuk memantapkan tapanya. Ia melanjutkan
tapa di daerah timur. Selama seribu tahun ia tetap diam dan seluruh
dunia dan bahkan surga merasakan panasnya tapa Maharesi ini. Suatu hari,
beliau menghentikan tapanya dan memasak bubur untuk dirinya. Pada saat
itu dewa Indra mendatanginya menjelma sebagai seorang brahmin. Karena sedang malaksanakan manobrata, tanpa sepatah kata pun beliau lalu menyerahkan seluruh makanannya pada brahmin itu dan kembali tenggelam melanjutkan tapanya.
Surga
menjadi gempar akan hal ini. Para dewa di surga segera menghadap pada
dewa Brahma menanyakan hal itu. Dengan demikian, dewa Brahma segera
menemui Kausika dan bersabda: “Selamat datang, kami menyambutmu
Brahmaresi! Kami berkenan dengan tapa yang kau lakukan. Dengan usahamu
kau telah mencapai status Brahmaresi. Sekarang Anda akan berumur
panjang. Semoga Anda sejahtera.” Sebuah rasa lega menghiasi wajah
Brahmaresi Kausika. Beliau kemudian bersujud di hadapan dewa Brahma dan
berkata: “Jika apa yang telah Anda anugerahkan itu benar. Jika hamba
seorang Brahmaresi, jika hamba berumur panjang, maka biarkan seluruh
Veda mengakui hamba sebagai Brahmaresi. Hamba hanya punya satu keinginan
yaitu Vasistha, putra Anda harus mengakui hamba sebagai seorang
Brahmaresi.” Kemudian para dewa membawa Vasistha kehadapan Kausika yang
agung lalu Vasistha tersenyum dengan penuh hormat pada Kausika dan
berkata: “Anda adalah seorang yang agung, Brahmaresi. Dan hal itu tidak
perlu diragukan lagi.”
Brahmaresi
Kausika kemudian menyambut Vasistha dan sekarang beliau merasa lega
pergi ke mana saja. Kebahagiaan yang dialaminya setelah mendapatkan
sesuatu yang nampaknya mustahil membuatnya bahagia namun itu tidak
membuatnya sombong. Malah beliau selalu melakukan kebaikan untuk semua
makhluk. Karena itulah beliau digelari Visvamitra yang artinya sahabat
alam semesta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar