PUASA : Sebuah Proses Pengendalian Eka Dasa Indriya

Maha Samadhi
Kata "puasa" berasal dari bahasa sansekerta "upavasa", yang terserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi puasa. Upavasa atau upawasa ini adalah praktek yang telah ada sejak jaman Veda. Upa berarti "dekat" dan vasa [wasa] berarti "yang maha agung". Secara lengkap, upavasa berarti mendekatkan diri kepada Hyang Widhi, maha kesadaran universal.

Dalam Hindu, upavasa [puasa] sama sekali tidak terletak pada siksaan atau penderitaan yang harus dialami dengan tidak makan atau minum. Apalagi mengharapkan penghapusan karma buruk. Tidak seperti itu. Inti upavasa adalah mengendalikan pikiran dan indriya dari obyek-obyek luar.

Tujuan puasa atau upavasa dalam Hindu :
  1. Dengan mengendalikan pikiran dan indriya, kita telah menguasai diri untuk tidak terlibat dalam hal-hal yang menyulut karma buruk. Dari obyek-obyek pikiran dan obyek indriya, munculah sad ripu [enam kegelapan bathin]. Dari sad ripu munculah tindakan. Tindakan akan melahirkan pengalaman. Dan pengalaman-pengalaman buruk dalam hidup akan dimulai dari sad ripu yang tidak terkendali.
  2. Dengan bathin yang telah bersih, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menyatukan diri dengan Hyang Widhi, maha kesadaran universal. Entah melalui dhyana [meditasi], melalui bhakti [sembahyang] ataupun jalan lainnya. Kita akan lebih mudah fokus pada hakikat kesadaran diri, di dalam diri kita dan bukan pada obyek yang ada di luar diri kita. Inilah yang disebut upavasa [mendekatkan diri kepada Hyang Widhi].
Di dalam Hindu tidak ada istilah batal puasa. Ketika tubuh kita tidak mampu lagi menahan lapar atau haus, silahkan makan, tidak apa-apa. Tapi yang penting pikiran dan indriya kita tetap terkendali, minimal agar tidak memiliki pikiran negatif terhadap obyek apapun.

Dalam tradisi Hindu, puasa atau upavasa dilakukan di hari-hari raya tertentu, seperti Nyepi dan Sivaratri. Tapi bagi para yogi yang serius, upavasa adalah bagian dari keseharian mereka. Kita-pun kalau dalam keseharian tekun melakukan pengendalian diri atas dua hal, yaitu : pikiran dan indriya, maka itulah upavasa para yogi yang sudah kita laksanakan. Demikian penjelasan puasa dalam Agama Hindu

Ajaran Hindu penuh dengan ajaran puasa yang dikenal dengan istilah tapa, meskipun istilah puasa itu sendiri berasal dari bahasa Sanskerta dari kata upawasa. Jadi sebenarnya Islam Indonesia telah meminjam istilah puasa dari Hindu sebab puasa dalam bahasa Arab adalah shaum, di Jawa dan Sunda istilahnya menjadi syiam. Tapa berarti pengendalian atas indra-indra dan pikiran. Dengan tapa orang mencapai kesucian, dengan kesucian orang bisa dekat dengan Hyang Widhi. Dunia ini bisa berjalan dengan baik karena disangga oleh salah satunya adalah tapa.

Artarwa Weda XII.1.1 mengatakan:
Satyam brhad rtam ugram diksa, tapo brahma yajna prthiwim dharayanti.
Artinya: Sesungguhnya Satya, rta, diksa, tapa, brahma dan Yajna yang menyangga dunia.

Yajur Weda XX.25 mengatakan:
Dengan melakukan tapa (brata) seseorang memperoleh diksa (penyucian), dengan melakukan diksa seseorang memperoleh daksina, dengan daksina seseorang memperoleh sraddha dan dengan sraddha seseorang memperoleh satya.

Atharwa Weda VIII.9.3 mengatakan:
Brahma-enad vidyat tapasa vipascit.
Artinya: Orang yang bijaksana mengetahui Hyang Widhi dengan sarana tapa (penebusan dosa).

Artarwa Weda IV.11.6 mengatakan:
Yena devah svar aruruhur, hitva sariram amrtasya nabhim
Tena gesma sukrtasya lokam, gharmasya vratena tapasa ya sasya vah.
Artinya: Dengan pertolongan Hyang Widhi, orang-orang bijaksana sesudah kematian memperoleh keselamatan, yang mencapai pusat nectar (minuman dewa) yakni kebahagiaan sejati. Semoga kami yang berkeinginan kemasyuran juga mencapai kekekalan itu, melalui pelaksanaan pertapaan yang keras dan menjalankan janji (brata).

Atharwa Weda XI.8.2 mengatakan:
Tapas caiva-astam karma ca-antar mahati-arna ve.
Artinya: Tapa dan keteguhan hati adalah satu-satunya juru selamat di dunia yang mengerikan.

Rg Weda IX.83.1 mengatakan:
Atapta-tanur na tad amo asnute.
Artinya: Orang tidak bisa menyadari Sang Hyang Widhi Wasa, Yang Maha Agung tanpa melaksanakan tapa.

Intisari tapa adalah pengendalian atau pembatasan atas dua hal yaitu pikiran dan indra-indra. Indra jumlahnya ada lima yang disebut Panca Indra. Indra mempunyai alat indra yang juga berjumlah lima yang disebut Panca Karmendriya, dan mempunyai obyek indra yang disebut Panca Tanmatra.
Indra-indra itu antara lain:
1. Indra pendengaran alatnya telinga obyeknya suara.
2. Indra sentuhan alatnya kulit obyeknya angin dan hal-hal yang bila menyentuh terasa menyenangkan.
3. Indra penglihatan alatnya mata obyeknya cahaya atau wujud-wujud.
4. Indra pengecap alatnya lidah obyeknya makanan, minuman.
5. Indra penciuman alatnya hidung obyeknya bau.
Pengendalian atas indra-indra itu adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian atas indra pendengaran berarti membatasi telinga untuk mendengarkan hal-hal yang menyenangkan seperti suara musik, suara pujian termasuk suara merdu sang pacar.
2. Pengendalian atas indra sentuhan berarti membatasi kulit untuk merasakan hal-hal yang menyenangkan seperti sentuhan halus kulit kekasih, tempat tidur atau kursi yang empuk, dan lain-lain.
3. Pengendalian atas indra penglihatan berarti membatasi mata untuk melihat hal-hal yang menyenangkan seperti TV, film, VCD porno, wajah cantik atau tampan, dan sebagainya, tapi arahkan penglihatan ke dalam batin, ke wujud Atman terus ke wujud Sivatattwa, karena di sana lebih indah dan lebih menyenangkan.
4. Pengendalian atas indra pengecap berarti puasa tidak makan dan minum serta membatasi lidah untuk berbicara, bicara hanya hal-hal yang perlu dan baik.
5. Pengendalian atas indra penciuman berarti membatasi hidung untuk mencium bau-bau yang menyenangkan seperti bau harum parfum, makanan, termasuk harum pipi kekasihnya.
Itulah kelima indra yang harus dikendalikan. Kunci untuk bisa mengendalikan indra adalah pengendalian atas pikiran. Pikiran mempunyai jangkauan yang tak terbatas, kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, tajamnya melebihi ketajaman pedang. Kalau bisa mengendalikan pikiran kelima indra juga mudah untuk ditundukkan. Cara mengendalikan pikiran pertama pikiran harus dibersihkan dengan cara membaca atau melantunkan mantra-mantra atau sloka-sloka Weda, dan meditasi.
Ada banyak ragam puasa, namun sayang umat Hindu di Indonesia hanya menjalankan 2 puasa secara massal yaitu puasa Nyepi dan puasa Siwa Ratri. Namun demikian sesungguhnya umat Hindu bisa menjalankan puasa Siwa Ratri setiap bulan, sebab setiap bulan kita bertemu dengan Siwa Ratri yaitu pada purwani tilem.

1 komentar:

  1. Sangat mudah di mengerti , Suksma Pencerahannya ...Dumogi Rahayu Sareng Sami 🙏

    BalasHapus