Ketika kita mulai dewasa kita bertanya. "Mengapa kita beragama?". Jawabannya sebenarnya hampir sama dengan waktu kita sembahnyang dimasa kanak-kanak, yaitu agar kita selamat dalam menjalani hidup ini!. Dengan cara bagaimana? Dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Agama memberikan kita pedoman untuk mendekatkan diri kita kepada Yang Suci.
Carl Gustav Jung, psikiater terkenal kelahiran Swiss (1875-1967) mengatakan: "Masalah spikologis masa kini adalah masalah kerohanian, masalah agama. Manusia jaman ini haus dan lapar akan hubungan yang kokoh dengan kekuatan-kekuatan spikis yang terdapat dalam dirinya. Kekurangan suatu hubungan yang kokoh dengan hal-hal rohani (Tuhan) membuat manusia tidak mengalami pemekaran, rasa sejahtera dan keamanan di dalam suatu dunia yang tenteram sentosa". *)
Kita memeluk agama Hindu karena kita lahir dari orang tua Hindu. Atau karena kita kawin dengan seorang suami atau istri Hindu. Atau karena pilihan yang kita lakukan secara sadar. Tapi mengapa kita memilih agama Hindu? Apakah Agama Hindu Agama yang Terbaik? Pemeluk Hindu tidak pernah menyatakan agamanya sebagai agama yang terbaik. Menyatakan Hindu sebagai "agama terbaik" terkesan sebagai suatu kesombongan. Agama melarang kesombongan. Mari kita ambil contoh. Bila kita mengatakan suami atau istri kita sebagai suami atau istri yang terbaik di dunia, bila ini kita ucapkan ketika kita berdua saja. tidak ada orang lain yang mendengar, ini merupakan tanda cinta atau kasih sayang, sekalipun terasa sedikit berlebih- lebihan. Tapi bila itu kita ucapkan di depan orang lain, dengan sedikit membusungkan dada, maka kita akan dianggap orang yang sombong. Dengan ucapan itu kita juga dianggap merendahkan suami atau istri orang lain. Lalu orang-orang mulai memperhatikan kita. Mencari-cari kehebatan kita. Tapi ternyata kemudian yang banyak ditemukan adalah kekurangan-kekurangan kita. Dan kemudian mereka berkomentar, "oh, itu toh suami yang terhebat didunia". Atau "oh itu toh istri yang terbaik di dnuia. Hanya seperti itu?".
Demikian pula dengan agama. Bila kita mengatakan agama kita adalah agama yang terbaik, berarti kita juga mengatakan agama lainnya hanya sekerdar "baik" atau "tidak baik". Pemeluk agama lain akan merasa tidak enak atau mungkin tersinggung. Lalu mereka akan melihat kepada kita. Dan segera mereka menemukan, "Oh, disana juga banyak kejahatan, kemiskinan dan penderitaan, korupsi, [*]an". Apa gunanya agama yang baik bila ia tidak mampu membuat para pemeluknya menjadi baik?. Atau apakah agama dapat dikatakan sebagai agama terbaik bila ia tidak mampu membuat para pemeluknya menjadi umat yang terbaik?. Apakah Semua Agama itu sama saja? Agama-agama memiliki persamaan dan perbedaan! Agama-agama pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Agama-agama memberikan kita jalan untuk berhubungan dengan Hyang Suci (Tuhan), untuk berhubungan dengan diri kita sendiri (spiritualitas) dan untuk berhubungan dengan lingkungan, mahluk hidup dan alam sekitar kita (etika atau moral). Agama-agama juga mewajibkan kita untuk menghormati hidup, hidup kita sendiri dan hidup orang lain. Tapi bagaimana hubungan itu dilakukan, bagaimana kewajiban kita dilaksanakan, masing-masing agama memiliki cara serta aturannya sendiri. Tiap-tiap agama memiliki kitab sucinya sendiri, ajaran-ajarannya sendiri, ibadahnya sendiri, tokoh-tokohnya dan sejarahnya sendiri. Bahkan pandangan mereka masing-masing tentang Tuhan juga berbeda. Inilah sebabnya mengapa ada agama Hindu, agama Budha, agama Shinto, agama Khong Hu cu, agama Tao, agama Islam, agama Kristen dan agama Yahudi.
Pada umumnya agama Hindu atau orang-orang Hindu karena sikapnya yang sangat toleran, lebih suka menekankan persamaan-persamaan agama. Namun ini akan membawa kita pada satu kesalahan lain, yaitu mengabaikan aspek-aspek khusus dari masing-masing agama yang mencari ciri khas dan identitas dari masing-masing agama tersebut. Mari kita ambil contoh. Agama-agama tertentu percaya pada takdir dimana nasib manusia sepenuhnya telah ditentukan oleh Tuhan. Agama Hindu percaya pada Hukum Karma dimana nasib manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri. Ada agama yang percaya bahwa manusia hanya hidup sekali, setelah mati, menunggu hari kiamat. Pada saat itu manusia dibangkitkan kembali untuk diadili. Agama Hindu percaya pada reinkarnasi, dimana manusia lahir kembali, diberikan kesempatan untuk menyempurnakan dirinya Perbedaan antar agama adalah suatu fakta yang harus diketahui. Agar kita tidak mencampur adukkan agama. Ibarat orang bertetangga, pagar yang baik atau tanda batas yang tegas justru akan mencegah tetangga itu bertengkar karena memperebutkan pekarangan. Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk saling memperkaya wawasan.
Bagimana dengan Penggolongan Agama? Ada orang yang menggolongkan agama menjadi agama langit dan agama bumi. Ada yang menggolongkannya menjadi agama hukum dan agama pembebasan. Ada penggolongan agama berdasarkan wilayah asal kelahiran agama-agama tersebut. Kecuali penggolongan yang terakhir, dua penggolongan sebelumnya bersifat sangat subyektif. Setiap pemeluk agama dapat membuat penggolongan berdasarkan ukuran-ukuran yang ditetapkannya sendiri dengan maksud menempatkan agamanya sendiri dengan maksud menempatkan agamanya pada kedudukan yang paling tinggi. Ambil contoh penggolongan agama langit dan agama bumi. Agama langit (samawi) katanya agama yang dibentuk berdasarkan wahyu Tuhan. Agama bumi atau agama alamiyah katanya agama yang berdasar renungan manusia atau kasarnya agama buatan manusia. Siapa saja dapat mengatakan bahwa agamanya agama wahyu sedangkan agama orang lain adalah agama buatan manusia. Kalau kita mengatakan kitab suci orang lain hanya buatan manusia belaka, mereka juga dapat mengatakan hal yang sama terhadap kitab suci kita. Seperti dikatakan oleh seorang ahli sosiologi agama yang terkenal, Peter Berger, wahyu memang tidak dapat dibuktikan. Kebenaran wahyu hanya didasarkan oleh keyakinan semata. Karena wahyu itu keluar melalui mulut seseorang maharesi atau nabi. Siapa yang tahu apakah kata-kata Tuhan itu masuk melalui telinga atau otaknya? Dan apakah bedanya?. Apakah Sifat Utama Agama Hindu? Agama Hindu bukanlah agama dogmatik. Agama Hindu adalah agama yang terbuka, artinya keyakinan-keyakinan Hindu dapat ditafsirkan sesuai dengan semangat jaman. Agama-agama yang dogmatik sangat menekankan kepada "iman" yang bersifat dogma, yang harus percayai begitu saja, sekalipun tidak dapat dipahami dengan akal. Penganut agama-agama ini biasanya mengatakan "Percayalah, atau masuklah agama saya, maka kamu akan selamat". Agama Hindu, adalah agama yang menekankan pada amal, perbuatan- perbuatan yang baik dan benar maka kamu akan selamat".
Apakah akibat Sifat-sifat itu Bagi Kehidupan Nyata Manusia? Agama-agama dogmatik bisa membuat manusia memisahkan antara ibadah dengan perbuatan. Cukup dengan percaya saja, atau cukup dengan melakukan ibadat secara taat, mereka merasa sudah selamat (masuk surga). Atau ibadat dianggapnya sebagai "imbangan" dari perbuatannya. Dosa-dosa dalam kehidupan nyata seolah-olah ditebus oleh ibadat. Agama Hindu menyatakan keyakinan dengan perbuatan, iman dan amal. Keyakinan dan ibadah itu harus tercermin dalam tingkah laku sehari-hari. Orang yang beragama dituntut untuk bertingkah laku pantas di masyarakat. Sering kita dengar ucapan "tak ada artinya ibadat, kalau tingkah lakunya tidak benar!". Agama-agama dogmatik cenderung menimbulkan fanatisme buta. Penganut agama ini biasanya berpendapat hanya agamanya sendiri yang benar. Agama orang lain salah. Agama Hindu, karena menekankan pada amal, bersifat sangat toleran. Pemeluk Hindu tidak pernah merasa lebih suci dari pemeluk agama lain. Pemeluk Hindu tidak merasa paling benar sendiri, apalagi mengkafirkan pemeluk agama lain. Sri Swami Sivananda, mengatakan "keramah-tamahan yang tulus dari agama Hindu sangat terkenal. Agama Hindu memberi perhatian terhadap semua agama. Agama Hindu tidak pernah mencela atau mencaci maki agama lain. Agama Hindu menghormati kebenaran dari manapun datangnya. **). Inilah salah satu alasan mengapa kita memeluk agama Hindu. Alasan-alasan lain akan kita jumpai dalam pembicaraan- pembicaraan selanjutnya.
Sumber : http://www.parisada.org
Carl Gustav Jung, psikiater terkenal kelahiran Swiss (1875-1967) mengatakan: "Masalah spikologis masa kini adalah masalah kerohanian, masalah agama. Manusia jaman ini haus dan lapar akan hubungan yang kokoh dengan kekuatan-kekuatan spikis yang terdapat dalam dirinya. Kekurangan suatu hubungan yang kokoh dengan hal-hal rohani (Tuhan) membuat manusia tidak mengalami pemekaran, rasa sejahtera dan keamanan di dalam suatu dunia yang tenteram sentosa". *)
Kita memeluk agama Hindu karena kita lahir dari orang tua Hindu. Atau karena kita kawin dengan seorang suami atau istri Hindu. Atau karena pilihan yang kita lakukan secara sadar. Tapi mengapa kita memilih agama Hindu? Apakah Agama Hindu Agama yang Terbaik? Pemeluk Hindu tidak pernah menyatakan agamanya sebagai agama yang terbaik. Menyatakan Hindu sebagai "agama terbaik" terkesan sebagai suatu kesombongan. Agama melarang kesombongan. Mari kita ambil contoh. Bila kita mengatakan suami atau istri kita sebagai suami atau istri yang terbaik di dunia, bila ini kita ucapkan ketika kita berdua saja. tidak ada orang lain yang mendengar, ini merupakan tanda cinta atau kasih sayang, sekalipun terasa sedikit berlebih- lebihan. Tapi bila itu kita ucapkan di depan orang lain, dengan sedikit membusungkan dada, maka kita akan dianggap orang yang sombong. Dengan ucapan itu kita juga dianggap merendahkan suami atau istri orang lain. Lalu orang-orang mulai memperhatikan kita. Mencari-cari kehebatan kita. Tapi ternyata kemudian yang banyak ditemukan adalah kekurangan-kekurangan kita. Dan kemudian mereka berkomentar, "oh, itu toh suami yang terhebat didunia". Atau "oh itu toh istri yang terbaik di dnuia. Hanya seperti itu?".
Demikian pula dengan agama. Bila kita mengatakan agama kita adalah agama yang terbaik, berarti kita juga mengatakan agama lainnya hanya sekerdar "baik" atau "tidak baik". Pemeluk agama lain akan merasa tidak enak atau mungkin tersinggung. Lalu mereka akan melihat kepada kita. Dan segera mereka menemukan, "Oh, disana juga banyak kejahatan, kemiskinan dan penderitaan, korupsi, [*]an". Apa gunanya agama yang baik bila ia tidak mampu membuat para pemeluknya menjadi baik?. Atau apakah agama dapat dikatakan sebagai agama terbaik bila ia tidak mampu membuat para pemeluknya menjadi umat yang terbaik?. Apakah Semua Agama itu sama saja? Agama-agama memiliki persamaan dan perbedaan! Agama-agama pada dasarnya memiliki fungsi yang sama. Agama-agama memberikan kita jalan untuk berhubungan dengan Hyang Suci (Tuhan), untuk berhubungan dengan diri kita sendiri (spiritualitas) dan untuk berhubungan dengan lingkungan, mahluk hidup dan alam sekitar kita (etika atau moral). Agama-agama juga mewajibkan kita untuk menghormati hidup, hidup kita sendiri dan hidup orang lain. Tapi bagaimana hubungan itu dilakukan, bagaimana kewajiban kita dilaksanakan, masing-masing agama memiliki cara serta aturannya sendiri. Tiap-tiap agama memiliki kitab sucinya sendiri, ajaran-ajarannya sendiri, ibadahnya sendiri, tokoh-tokohnya dan sejarahnya sendiri. Bahkan pandangan mereka masing-masing tentang Tuhan juga berbeda. Inilah sebabnya mengapa ada agama Hindu, agama Budha, agama Shinto, agama Khong Hu cu, agama Tao, agama Islam, agama Kristen dan agama Yahudi.
Pada umumnya agama Hindu atau orang-orang Hindu karena sikapnya yang sangat toleran, lebih suka menekankan persamaan-persamaan agama. Namun ini akan membawa kita pada satu kesalahan lain, yaitu mengabaikan aspek-aspek khusus dari masing-masing agama yang mencari ciri khas dan identitas dari masing-masing agama tersebut. Mari kita ambil contoh. Agama-agama tertentu percaya pada takdir dimana nasib manusia sepenuhnya telah ditentukan oleh Tuhan. Agama Hindu percaya pada Hukum Karma dimana nasib manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri. Ada agama yang percaya bahwa manusia hanya hidup sekali, setelah mati, menunggu hari kiamat. Pada saat itu manusia dibangkitkan kembali untuk diadili. Agama Hindu percaya pada reinkarnasi, dimana manusia lahir kembali, diberikan kesempatan untuk menyempurnakan dirinya Perbedaan antar agama adalah suatu fakta yang harus diketahui. Agar kita tidak mencampur adukkan agama. Ibarat orang bertetangga, pagar yang baik atau tanda batas yang tegas justru akan mencegah tetangga itu bertengkar karena memperebutkan pekarangan. Perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tapi untuk saling memperkaya wawasan.
Bagimana dengan Penggolongan Agama? Ada orang yang menggolongkan agama menjadi agama langit dan agama bumi. Ada yang menggolongkannya menjadi agama hukum dan agama pembebasan. Ada penggolongan agama berdasarkan wilayah asal kelahiran agama-agama tersebut. Kecuali penggolongan yang terakhir, dua penggolongan sebelumnya bersifat sangat subyektif. Setiap pemeluk agama dapat membuat penggolongan berdasarkan ukuran-ukuran yang ditetapkannya sendiri dengan maksud menempatkan agamanya sendiri dengan maksud menempatkan agamanya pada kedudukan yang paling tinggi. Ambil contoh penggolongan agama langit dan agama bumi. Agama langit (samawi) katanya agama yang dibentuk berdasarkan wahyu Tuhan. Agama bumi atau agama alamiyah katanya agama yang berdasar renungan manusia atau kasarnya agama buatan manusia. Siapa saja dapat mengatakan bahwa agamanya agama wahyu sedangkan agama orang lain adalah agama buatan manusia. Kalau kita mengatakan kitab suci orang lain hanya buatan manusia belaka, mereka juga dapat mengatakan hal yang sama terhadap kitab suci kita. Seperti dikatakan oleh seorang ahli sosiologi agama yang terkenal, Peter Berger, wahyu memang tidak dapat dibuktikan. Kebenaran wahyu hanya didasarkan oleh keyakinan semata. Karena wahyu itu keluar melalui mulut seseorang maharesi atau nabi. Siapa yang tahu apakah kata-kata Tuhan itu masuk melalui telinga atau otaknya? Dan apakah bedanya?. Apakah Sifat Utama Agama Hindu? Agama Hindu bukanlah agama dogmatik. Agama Hindu adalah agama yang terbuka, artinya keyakinan-keyakinan Hindu dapat ditafsirkan sesuai dengan semangat jaman. Agama-agama yang dogmatik sangat menekankan kepada "iman" yang bersifat dogma, yang harus percayai begitu saja, sekalipun tidak dapat dipahami dengan akal. Penganut agama-agama ini biasanya mengatakan "Percayalah, atau masuklah agama saya, maka kamu akan selamat". Agama Hindu, adalah agama yang menekankan pada amal, perbuatan- perbuatan yang baik dan benar maka kamu akan selamat".
Apakah akibat Sifat-sifat itu Bagi Kehidupan Nyata Manusia? Agama-agama dogmatik bisa membuat manusia memisahkan antara ibadah dengan perbuatan. Cukup dengan percaya saja, atau cukup dengan melakukan ibadat secara taat, mereka merasa sudah selamat (masuk surga). Atau ibadat dianggapnya sebagai "imbangan" dari perbuatannya. Dosa-dosa dalam kehidupan nyata seolah-olah ditebus oleh ibadat. Agama Hindu menyatakan keyakinan dengan perbuatan, iman dan amal. Keyakinan dan ibadah itu harus tercermin dalam tingkah laku sehari-hari. Orang yang beragama dituntut untuk bertingkah laku pantas di masyarakat. Sering kita dengar ucapan "tak ada artinya ibadat, kalau tingkah lakunya tidak benar!". Agama-agama dogmatik cenderung menimbulkan fanatisme buta. Penganut agama ini biasanya berpendapat hanya agamanya sendiri yang benar. Agama orang lain salah. Agama Hindu, karena menekankan pada amal, bersifat sangat toleran. Pemeluk Hindu tidak pernah merasa lebih suci dari pemeluk agama lain. Pemeluk Hindu tidak merasa paling benar sendiri, apalagi mengkafirkan pemeluk agama lain. Sri Swami Sivananda, mengatakan "keramah-tamahan yang tulus dari agama Hindu sangat terkenal. Agama Hindu memberi perhatian terhadap semua agama. Agama Hindu tidak pernah mencela atau mencaci maki agama lain. Agama Hindu menghormati kebenaran dari manapun datangnya. **). Inilah salah satu alasan mengapa kita memeluk agama Hindu. Alasan-alasan lain akan kita jumpai dalam pembicaraan- pembicaraan selanjutnya.
Sumber : http://www.parisada.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar