Dalam kitab Bhagavata Purana
3.12.51-56, terdapat uraian tentang bagaimana Dewa Brahma menciptakan Manu dan
Satarupa, yang kemudian diperintahkan untuk berketurunan, sehingga mereka
adalah leluhur manusia. Namun, jawaban yang mengutip ayat-ayat kitab suci itu,
tidak memuaskan bagi kalangan akademis. Meskipun jelas-jelas kita mengaku
beragama. Mengapa? Karena tidak ada bukti-bukti ilmiah yang mendukung
pernyataan itu. Kalau benar Adam dan Hawa ada, tahun berapa mereka diciptakan?
Kalau Manu adalah manusia pertama, kapan mereka hidup? Apa buktinya?
Kalau Manu adalah manusia pertama, kapan mereka hidup? Apa buktinya?
Pendidikan modern mendidik kita
untuk hanya percaya pada hal-hal yang bisa dilihat oleh mata, bisa diterima
oleh akal sehat, bisa ditangkap oleh indria-indria kita. Seeing is believing. Jangan
percaya pada uraian kitab suci, karena itu hanya dogma, tanpa bukti-bukti yang
dapat dipertanggungjawabkan. Sebagai hasilnya, kita justru lebih menerima Teori
Evolusi Darwin, ketimbang mempercayai konsep Adam dan Hawa, ataupun Manu dan
Satarupa. Karena apa? Karena Teori Evolusi Darwin didukung oleh temuan-temuan
ilmiah, disertai bukti-bukti yang kasat oleh mata. Ya, seeing is believing.
Sebagai penganut Weda, bagaimana
pandangan dan tanggapan kita terhadap teori Darwin itu? Benarkah manusia dan bangsa
primata memiliki nenek moyang yang sama, namun mengalami proses evolusi yang
berbeda, seperti usulan Charles Darwin itu???
Sebagai orang awam dan bodoh,
saya jadi bingung mencari fakta dari teori itu.
Kalau benar manusia dan kera memiliki nenek moyang yang sama, mana ’makhluk peralihan’ antara kera dan manusia?Pernahkah Anda atau siapapun juga melihatnya?
Kalau benar nenek moyang kita adalah monyet, mengapa sampai sekarang tidak ada monyet di Gembiraloka atau Ragunan yang berubah jadi manusia?
Kalau benar manusia dan kera memiliki nenek moyang yang sama, mana ’makhluk peralihan’ antara kera dan manusia?Pernahkah Anda atau siapapun juga melihatnya?
Kalau benar nenek moyang kita adalah monyet, mengapa sampai sekarang tidak ada monyet di Gembiraloka atau Ragunan yang berubah jadi manusia?
Pertanyaan inilah yang tak terjawab oleh
Weda menyebutkan adanya 8.400.000
(asitim caturas caiva laksams) jenis kehidupan, mulai dari bakteri hingga para
dewa, didasarkan pada jenis kesadaran yang dimiliki oleh makhluk hidup.
Mengenai penggolongan atau klasifikasi makhluk hidup, telah diuraikan dalam
kitab Padma Purana sebagai berikut :
jala-jā nava-lakñāni
sthāvara lakña-vimsati
krmaya rudra-sankhyakah paksinam dasa-laksani
pasavas trimsa-laksani manusya catur-laksani
"Terdapat 900.000 jenis kehidupan dalam air (aquatic species); 2.000.000 jenis kehidupan alam bentuk tumbuhan dan pepohonan; 1.100.000 jenis kehidupan serangga; 1.000.000 jenis kehidupan bentuk burung; 3.000.000 jenis kehidupan binatang buas, dan 400.000 jenis kehidupan dalam badan manusia”.
Perhatikan bahwa arti kata
"jenis kehidupan" atau "species" yang dipahami oleh para
ilmuwan berbeda dengan arti yang terkandung dalam ayat ini.
Arti yang digunakan oleh para
ahli biologi mengacu pada penampilan lahiriah jasmani kasar makhluk hidup atau
morfologinya. Namun makna menurut Weda adalah makna yang diperoleh setelah
melalui analisa yang mendalam dan berhati-hati, yaitu berdasarkan tingkat
kesadaran makhluk hidup.
Sebagai contoh, para ahli biologi
mengelompokkan manusia menjadi satu species saja, sedangkan Veda
mengelompokkannya menjadi 400.000 species. Dengan kata lain ada 400.000
golongan manusia berdasarkan tingkat kesadaran mereka. Mengapa terdapat begitu banyak
variasi makhluk hidup?
Dalam Bhagavad-gita (8.6), Sri
Krsna menjelaskan :
yam yam vapi smaran
bhavan
tyajaty ante kalevaram
tam tam eva iti kaunteya
sada tad-bhava bhavitah
"Keadaan hidup manapun yang
diingat seseorang saat meninggalkan badannya, pasti keadaan itulah yang akan
dicapainya, wahai Putra Kunti (Arjuna)."
Manusia dan monyet memang berasal
dari nenek moyang yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Manusia dan monyet
diciptakan pada awal ciptaan oleh Tuhan dan akan tetap ada untuk selamanya.
Barangkali suatu jenis kehidupan
punah di bumi ini, tapi tidak menutup kemungkinan jenis kehidupan tersebut
berada di planet lain. Inilah yang tidak diketahui oleh Darwin .
Menurut ayat diatas bukan badan yang berevolusi tetapi jiwa atau roh yang ada di dalam badan yang berevolusi dengan cara pindah dari satu badan ke badan yang lain.
Menurut ayat diatas bukan badan yang berevolusi tetapi jiwa atau roh yang ada di dalam badan yang berevolusi dengan cara pindah dari satu badan ke badan yang lain.
Pemaparan di atas adalah konsep
evolusi versi kitab Weda.Permasalahannya adalah, bagi kalangan akademis.
Terlalu skeptis terhadap apapun
yang dianggap doktrin atau dogma agama.
Perlu dukungan bukti-bukti ilmiah dulu, baru kita menerimanya sebagai sebuah kebenaran.
Perlu dukungan bukti-bukti ilmiah dulu, baru kita menerimanya sebagai sebuah kebenaran.
Bukan hanya kaum agamawan yang
menyanggah kebenaran teori evolusi Darwin
itu. Sejak buku The Origin of Species diterbitkan (New York: D, Appleton and
Company, 1883) para ilmuwan berkomentar sebagai berikut :
Stephen J. Guld, seorang ahli
evolusi terkemuka.
“The idea that an arm could evolve into a wing is absurd.”(“Pendapat bahwa lengan dapat berkembang menjadi sayap adalah tidak masuk akal”.) Dr. Austin H. Clark, Biologist, Smithsonian Institute.“There is no evidence which would show man developing step by step from lower forms of species”
“The idea that an arm could evolve into a wing is absurd.”(“Pendapat bahwa lengan dapat berkembang menjadi sayap adalah tidak masuk akal”.) Dr. Austin H. Clark, Biologist, Smithsonian Institute.“There is no evidence which would show man developing step by step from lower forms of species”
-oOo-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar